Bagi
sebagian besar orang reuni adalah sesuatu yang ditunggu karena
merupakan hal yang paling menyenangkan. Dimana bisa berkumpul dan
melepas rasa rindu kepada teman lama. Dalam reuni kita bisa berbagi
cerita dengan teman dan sahabat yang sudah sekian lama tak bersua. Saya
juga sempat merasakan hal yang sama. Walaupun saya tidak begitu sering
menyempatkan diri untuk menyengaja menghadiri acara reuni. Bukan karena
terlalu sibuk dengan pekerjaan, namun ketika saya sudah berkeluarga,
maka sayang rasanya menggunakan waktu libur untuk bersama orang lain.
Lebih baik digunakan bersama keluarga tercinta.
Tidak bisa
dipungkiri, reuni memang bisa membawa kita ke masa lalu. Membuat
semangat terasa kembali muda. Dan tentunya sangat menyenangkan bisa
kembali silaturahmi dengan kawan lama. Karena bagaimanapun mereka adalah
bagian penting dalam hidup kita. Tanpa mengenal dan bersinggungan
dengan mereka di masa lalu, kita tidak akan bisa menjadi diri kita yang
sekarang. Mereka yang senantiasa memotifasi dan mengingatkan kita dengan
tulus. Adapun yang dengan tidak sengaja pernah mem-buly atau menyakiti,
anggap saja itu salah satu pendorong terbentuknya mental dan sikap
kita. Tanpa ejekan dan cemoohan dari mereka kita tak akan setegar dan
sekuat sekarang.
Tetapi, ada hal yang selama ini mengganjal. Melihat
penomena yang ada, saya menemukan sesuatu yang menggelitik hati. Ketika
seseorang yang sudah berstatus kepala keluarga berangkat ke sebuah acara
reuni, lalu bertemu dengan mereka teman perempuan di masa lalunya (bisa
teman biasa, bisa juga mantan kekasihnya semasa muda), kemudian ia
kembali ke rumah, dengan wajah yang ceria. Awalnya saya pikir itu baik,
karena membuat orang tersebut memiliki suasana baru. Ia bisa melupakan
sejenak kesibukan pada pekerjanya, dan merasakan hidup yang lebih
berwarna dengan bertemu orang-orang yang mungkin dia rindukan. Namun
lama-kelamaan ketika ia mulai sibuk dengan gadgetnya,
berbincang-bincanng terlalu asik di whatsapp, dan ketika ternyata betapa
cantik dan manariknya teman –teman perempuannya, maka tidakkah itu akan
memicu rasa cemburu pada hati istrinya?
Tapi siapakah yang
sebenarnya bersalah? Ketika sang istri memohon agar suaminya mengurangi
komunikasinya bersama mereka, lalu apa jawaban yang didapatkan? Ia
bilang bahwa ia dan mereka tidak ada apa-apa. Hanya teman biasa sebatas
melepas rindu masa lalu. Tapi pertanyaan saya sekarang adalah, apa harus
sesering itu berkomunikasi dengan mereka? Bukankah kehidupan dia yang
sekarang adalah istri dan anak-anaknya? Bukankah mereka hanya sebatas
masa lalu yang sejatinya sudah memiliki kehidupan masing-masing?
Apanya
yang salah? Apa yang harus diperbaiki? Siapa yang harus dipersalahkan?
Ketika acara reuni menjadi lebih penting daripada acara keluarga? Karena
terjadi kasus cinta lama bersemi kembali yang mengakibatkan retaknya
sebuah keluarga yang sudah lama dibangun dan kemudian hancur gara-gara
sang suami atau istri bertemu kembali dengan kekasihnya yang dulu. Atau
bertemu dengan seseorang di masa lalunya yang ia sukai dan belum sempat
mengatakan perasaannya di masa lalu karena malu atau alasan lainnya.
Pantas
saja dalam ajaran agama Islam dilarang berpacaran. Selain karena haram
hukumnya kini saya menjadi paham. Mengapa pacaran itu dilarang agama.
Menurut saya ada kebaikan lain dalam larangan tersebut. Ketika seseorang
tidak pacarana makai a tidak akan memiliki mantan kekasih. Karena jika
hanya satu yang dicintai maka kita tidak akan memiliki pembanding. Kita
tidak akan mengingat orang lain saat kita mendapatkan masalah dalam
sebuah kehidupan rumah tangga. Kita akan selalu memaafkan kekurangan
pasangan dan senantiasa memperbaiki diri agar selaras dengan apa yang
menjadi keinginan pasangan kita.
Jika kita memiliki kekasih di masa
lalu, maka ketika ada reuni, itu akan membahayakan keutuhan rumahtangga.
Memicu rasa cemburu pasangan, dan membuat pembanding ketika kita
mendapatkan pasangan kita melakukan hal yang tidak kita sukai. Jangan
sampai itu terjadi.
Adapun tips menghadiri acara reuni.
1.
Jadilah peserta reuni yang baik dengan niat bersilaturahim semata.
Karena dengan bersilaturahim akan memperpanjang tali persaudaraan.
2. Bawa serta keluarga dan kenalkan kepada kawan-kawan lama jika mereka adalah kehidupan Anda sekarang yang Anda banggakan.
3.
Jangan sungkan memperkenalkan diri Anda pula di hadapan keluarga teman
lama Anda agar tidak terjadi kecurigaan apabila Anda dan teman lama Anda
merupakan lawan jenis. Bersikaplah terbuka kepada mereka dan jadikan
keluarga kawan Anda sebagai teman Anda pula.
4. Manfaatkan acara
reuni sebaik mungkin. Buatkan program yang jelas dan lebih bermanfaat.
Acara reuni bukan hanya ajang saling bertukar cerita kenangan masa lalu,
melainkan bisa digunakan sebagai ajang berbagi pengalaman hidup,
belajar bisnis dan memperbanyak relasi, serta melakukan kegiatan bakti
sosial.
5. Hindari reuni yang dihadiri mantan kekasih Anda. Karena
walaupun sudah terlalu lama kalian berpisah, besar kemungkinan cinta
lama akan bersemi kembali. Jika tidak bisa menghindar, maka bersikaplah
senetral mungkin.
6. Boleh membuat grup komunikasi di media
sosial, dengan catatan tetap ramai bicara terbuka di dalam grup, tanpa
ada chating yang lebih pribadi.
Demikian tips menghadiri acara reuni.
Semoga kita termasuk kepada orang yang pandai menjaga perasan orang
lain. Terutama keluarga kita tercinta.
Nice
ReplyDeletethanks :-)
Delete