“Selamat ulang tahun sayang… hari ini tanggal 30 Januari kamu genap
berusia 26 tahun. Selamat memulai hitungan usia baru, semoga sisa jatah usia
kamu lebih bermanfaat ya… Makasih atas semua yang terbaik yang telah kamu
berikan untuk aku…”
Kalimat itu dituliskannya di wall facebook kekasihnya. Sambil
tersenyum dengan semangat sisa, berharap kekasihnya membaca ucapan itu.
Sejak dini hari tadi ponsel Hakim tidak aktif, wa nya mati, BBM nya
apalagi. Instagram dan tweeter semuanya non aktif. Ada perasaan kesal dalam
hati Nara, rekaman suara yang berisi ucapan selamat ulang tahun telah
dikirimkannya melalui WA sebagai pengganti ucapan langsung di telepon.
Sebetulnya sejak dini hari ia bukan tak berusaha untuk menghubungi Hakim, tapi
ponselnya mati. Padahal semalam ia masih bisa chating sampai akhirnya Nara
merasa mengantuk akibat aktifitas padat seharian.
Jika seandainya ia tahu Hakim tak bisa dihubungi pagi ini maka
semalam ia akan menahan kantuknya sampai pergantian tanggal. Baginya hari
ulangtahun Hakim adalah hari terpenting dalam hidupnya. Ia akan melakukan
apapapun demi untuk membahagiakan kekasihnya itu. Jika saja hakim ada di
dekatnya kama ucapan selamat ulangtahun itu akan ia ucapkan lansung kepada
Hakim. Dengan mengahdiahkan kecupan di pipi kiri dan kanan serta pelukan hangat
untukknya. Namun sayang sekali kali ini mereka terpisah jarak 4 jam perjalanan.
Hakim sedang berada di tempat kelahirannya yang jauh di sana. Ia harus pulang
liburan ini. Karena ayah dan ibunya sudah begitu rindu dengan anak bungsu
kesayangannya.
Awalnya Nara tak begitu setuju, ingin rasanya menahan Hakim agar
menunda kepulangannya, namun apa boleh buat ia tak bisa bersaing dengan sang
ibunda Hakim. Dalam urusan seperti itu jelas ibunya Hakim lah yang harus
didahulukan. Ibu yang begitu hebat telah melahirkan seorang anak yang luar
biasa berbakti kepada ibunya. Apalagi yang bisa menahan Hakim untuk segera
pulang. Selama ini ia merasa kekurangan banyak waktu untuk membahagiakan
ibunya.
Beberapa menit sudah postingan di wall Hakim terkirim. Mata Nara
seolah tak biasa berkedip menunggu reaksi dari pemilik akun. Tapi puluhan menit
berlalu ternyata tak jua ada jawaban. Diraihnya kembali ponsel yang tersimpan
di sisian ranjang, dilihat kembali pesan di wa nya, bbm nya juga tak ada yang terkirim.
Diamana Hakim sebenarnya. Kemana ia? Adakah sesuatu yang buruk terjadi
kepadanya? Batin Nara. Fikirannya mulai melayang kesana kemari menerka-nerka
hal negative yang terjadi kepada kekasinya yang jauh di sana. Antara kecemasan,
takut terjadi apa-apa dengannya, sakitkah ia, atau bahkan mumngkin ia kehabisan
kuota internet? Ah mana bisa? Di rumah Hakim kan ada koneksi internet. Perasaan
lain adalah perasaan kesal. Seharusnya ini adalah hari yang istimewa, tak
seharusnya Nara merasa secemas ini. Seharusnya ia sudah menyanyikan lagu
selamat ulangtahun di telingan Hakim walaupun via telepon. Tapi kali ini tidak
bisa dilakukannya.
Menit berlalu, jam berganti, Nara resah tak mendapatkan jawaban
apapun dari Hakim. Ia kembali menelponnya, namun tetap ponsel Hakim tidak
aktif.
Hati Nara mulai menebak-nebak lagi, mungkin dia merayakan
ulangtahunnya dengan kawan-kawan lamaya di sana? Mungkin juga ia mendapatkan
surprise party dari keluarga besarnya sehingga ia lupa kepada Nara dan tak
memberi kabar.
Layar laptop masih terbuka, dengan tampilan halaman facebook Hakim
yang tak juga menampakkan tanda-tanda berarti sebagai jawaban ucapan selamat
yang telah Nara kirim.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 09. Nara sadar ia belum
mandi dan perutnya belum kemasukan makanan apapun. Mengharapkan kabar dari
Hakim membuat ia merasa lapar. Nara menuju dapur, mengambil beberapa makanan,
dan dilahapya tanpa sedikitpun bernafsu. Yang penting ada yang mengisi perutnya
pagi itu. mungkin kabar dari Hakimlah yang bener-benar akan mendatangkan nafsu
makannya pagi ini. Tapi ketika ia mkembali mengecek semua media, Hakim bahkan
belum muncul sampai dengan pukul 11 siang.
*
Semalaman Hakim menghabiskan waktu dengan menonton TV. Sudah lama
ia tidak melakukan hal itu. Rasanya rindu sekali dengan ruangan tamu, kursi
sova berwarna hijau muda lembut itu benar-benar empuk dan masih senyaman dulu
ketika ia masih sering menduduki dan menidurinya. Sejak kecil selepas habis
mengerjakan PR dari sekolah ia selalu menghabiskan waktu sambil menonton tv
bersama orangtua dan ketiga kakak perempuannya.
Hakim adalah anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara. Ia
masih dimanjakan dengan kasih sayang kedua orangtuanya dan juga ketiga kakak
perempuannya. Walau kini usia Hakim sudah bukan remaja ingusan lagi.
Semalaman Hakim menonton TV sampai lupa waktu. Dan akhirnya is
tertidur pulas dini hari. Dibangunkan sang ibu untuk solat dzuhur dan kemudaian
ia memilih tidur kembali untuk menebus kekurangan tidurnya tadi malam.
Ia baru sadar semalaman pengaturan koneksi internet di ponselnya
non aktif. Saat bangu tidur jam 11 siang ia baru sadar ada 4 panggilan tak
terjawab. Nara memanggil berkali-kali dan tak diangkat nya telepon itu.
Ia lalu membuka ponsel dan mengaktifkan data internetnya. Puluhan
pesan dari Nara masuk dan beberpa dari kawannya. Sebuah lagu rekaman suara
indah Nara yang dikirim lewat wa sangat membuat Hakim terharu. Andai suara itu
didengarnya sejak subuh tadi. “Ah, Nara, aku rindu…” Gumam Hakim dalam hatinya.
Diulangulangnya rekaman suara itu. Nara juga mengirimkan beberapa
ucaman selamat ulangtahun dan deretan-dereta do’a untuk dirinya yang
berulangtahun ke 26 tahun.
“Nara… terimakasih sayang…” Bibir Hakim terkembang. Bibirnya yang
tipis membuat parasnya semakin manis.
Lantas ia segera pergi ke kamar mandi, untuk meluapkan kerinduannya
akan kesejukkan airdi kulitnya. Ia ingin segera merasa segar dan fresh saat
berjumpa dengan Nara. Walau hanya lewat video call.
Jam 12:30 Nara dan Hakim melepas rindu. Dan Hakim berjanji tanggal
5 Januari nanti akan pulang dan memenuhi janji untuk jalan-jalan dengan Nara
kekasihnya.
No comments:
Post a Comment