Search This Blog

Monday, August 7, 2017

Galih dan Ratna




“Semenjak mengetahui jika kamu masih mengingatku dan diam-diam masih tetap menyimpan namaku, rasa yang sudah lama aku kubur muncul kembali. Jujur saja sejak dulu aku tak pernah benar-benar membuang kenangan bersamamu. Ingatan tentangmu masih sangat terekam jelas. Dan benar saja jika perempuan adalah seorang ahli sejarah. Apa-apa yang pernah kita lewati dulu masih sangat aku ingat satu persatu. Inci demi inci jalanan yang pernah kita lewati pun masih sarat dengan kenangan. Jika aku melewati kembali jalan itu dadaku berdebar dengan degup jantung yang sama seperti dulu ketika kita jalan berdua menyusurinya.

Dan ketika kita membagi kisah lama, kemudian ternyata untuk beberapa hal kamu sudah lupa, aku tak mengapa. Kamu tetap mengingatku saja sudah menjadi bagian dari rasa bahagiaku.
Tapi canda tawa dan saling berbagi kisah lama kita hanya berlangsung tiga pekan saja. Ga... Tiba-tiba kamu menghilang untuk kesekian kali. Seperti dulu kamu hilang tanpa jejak, kecuali jejak yang kau ukir dalam tempat paling rahasia di dalam hatiku.
Kenangan itu, canda tawa itu, dan janji jika kau akan datang menemuiku, takan pernah aku lupakan.
Ga, Kamu kemana? Aku rindu...”
Ratna termangu di depan layar notebooknya. Sudut matanya berembun basah. Bisa jadi itu adalah tangisan rindunya untuk Galih. Kekasih hatinya sejak duduk di bangku SMA yang kandas begitu saja karena sebuah kesalahpahaman. Mereka mengalami cinta segi tiga. Namun Ratna tak bisa meyakinkan jika sedari dulu hatinya hanya memilih satu hati, satu pria, yaitu dia, Galih kekasih hatinya hingga sekarang.
Rentetan kalimat itu ingin sekali dituliskannya langsung di dinding facebook Galih, agar tepat sasaran pikirnya. Namun Ratna kembali menimbang-nimbang. Ia tak mau menimbulkan masalah bagi kehidupan kekasih hatinya. Selama ini Galih memang tidak pernah berterus terang apakah ia sudah menjalin hubungan serius atau belum dengan seseorang yang bisa dibilang tunangannya, atau bahkan mungkin ia telah beristri. Ratna harus menyimpan baik-baik keinginannya untuk mengirim pesan inbox, untuk menyapa lewat WA, lewat BBM atau pesan pribadi yang lain. Ia akhirnya hanya menuliskannya saja di lamannya sendiri. Tulisan panjang itu ia jadikan sebagai status terpanjangnya, berharap orang yang dimaksud membacanya, dan mengetahui betapa dirinya kehilangan Galih selama ini.
Disekanya berkali-kali linangan air matanya yang tak lagi bisa ia tahan. Harus bagaimana ia menghalau rasa rindu yang kini sedang menyerangnya. Galih menghilang begitu saja. Ia pun tak mengerti apa sebabnya. Kontak atas nama Galih semuanya masih disimpan dengan baik. Namun sama sekali Ratna tak berani menghubungi Galih.  
Selama tiga minggu, beberapa waktu lalu mereka saling berbagi cerita dan melepas kerinduan lewat media sosial, Galih belum berterus terang jika dia sudah memiliki istri atau belum. Maka dari itu Ratna ragu untuk menghubungi Galih, ia khawatir jika istri galih mencemburuinya. Padahal degup rindu di dadanya sudah tidak tertahankan lagi. Bagaimana tidak, sejak dulu Galih adalah kekasih terbaiknya. Satu-satunya orang yang selalu mampu mengundang gelak tawa bahagia. Hanya Galih yang mampu meredakan tangisan Ratna. Hanya Galih yang bisa kembali menerbitkan senyuman setelah mendung menggelayut di wajah, hati dan pikiran Ratna.
**
Beberapa bulan lalu. Ratna tak sengaja menemukan akun Galih. Menambahkan pertemanan dan akhirnya sering mengamati setiap apa yang dituliskannya. Walaupun Galih tidak sering menuliskan apa yang sedang dikerjakannya, tapi poto-poto yang diunggah bisa sedikit mengobati rindunya kepada Galih.
Sepuluh tahun lebih tidak bersua, wajah Galih tetap sama, tampan dan manis. Sepuluh tahun tidak bersua sejak lulus SMA senyum Galih tetap seperti itu, tetap membuat hati Ratna bergetar ketika melihatnya.
Berbulan-bulan pula Ratna sering mengintip poto-poto Galih yang sebagian besar hanya bersama teman-teman dan keluarganya. Membuat Ratna merasa memiliki harapan jika memang Galih masih sendiri. Walaupun keyakinan itu tidak begitu ia pupuk karena mungkin saja Galih masih menyembunyikan identitas kekasihnya.
Beberapa pekan yang lalu ia memberanikan diri menyapa Galih melalui sebuah pesan. Dan Galih merespon dengan baik, sesuai harapan Ratna. Hati Ratna berbunga-bungan mendapati Galih masih mengingatnya. Dan mendapatkan pengakuan Galih jika ternyata ia masih menyayangi Ratna seperti dulu.
Selama kurang lebih tiga pekan Ratna dan Galih memadu kasih via telepon dan media sosial. Melampiaskan rasa rindu yang telah mereka tahan selama bertahun-tahun. Hari-hari Ratna yang kelabu kini mulai dipenuhi dengan warna-warna indah. Ratna bisa tersenyum lepas sejak bangun hingga ia kembali terlelap. Galih senantiasa memberi perhatian setulus hatinya.
Ratna merasa kini kidupnya lebih berarti. Bahkan ketika Galih berjanji akan datang ke kotanya, betapa bahagianya ia mendengar pernyataan itu. Hari-hari dilaluinya dengan penuh penantian dan harapan. Berharap Galih benar-benar menemuinya untuk melanjutkan kisah mereka yang telah lama tertunda.
Namun kini ada yang hilang. Sudah beberapa hari ini Galih menghilang tanpa kabar. Tak ada lagi telepon masuk dari Galih. Tak ada lagi pesan-pesan dari media sosial atas nama Galih. Ratna heran sekaligus merasa penasaran. Ingin rasanya segera menelpon Galih, mencari tahu keberadaanya.
Kepalanya terus mengingat-ingat adakah perlakuan Ratna yang mungkin bisa menyakiti hati Galih sehingga ia tidak lagi menghubunginya. Ah, tetapi rasanya tidak ada. Selama ini komunikasi mereka berjalan dengan baik. Sungguh kali ini Ratna merasa kehilangan, ia begitu rindu kepada Galih.
Ratna memberanikan diri mencoba bertanya tentang kabar Galih. Ia menelpon kakak kelas yang juga sahabat Galih sejak SMA. Kebetulan nomer itu masih ia simpan dan tidak berganti sejak dulu.
Bagai tersambar petir di siang bolong, hati Ratna kaget bukan kepalang. Bagai disayat-sayat sembilu, hati Ratna perih tidak karuan. Kabar yang baru saja didapatkan  membuat Ratna sama sekali tidak percaya. Ternyata Galih telah meninggal dunia dalam kecelakaan tunggal seminggu yang lalu.
Air mata Ratna meleleh lebih deras membasahi pipinya. Dadanya terasa sesak tak sanggup menahan kesedihan. Kini tak ada lagi harapan yang mampu ia bangun. Satu-satunya penumbuh semangat dan satu-satunya orang yang selalu menjadikan senyumnya tercipta di wajahnya kini telah tiada. Galih telah pergi ke haribaan-Nya.
“Galih, ternyata kau memang bukan untukku. Tuhan lebih menyanyangimu daripada memberikan kesempatan kepadaku untuk bersama denganmu. Kini jangankan berharap bisa menjadi kekasihmu, bahkan untuk sekedar berharap bisa mendengarkan suaramu pun aku tak akan bisa. Selamat jalan Galih…”
Ratna terdiam dengan isak tangis yang masih tersisa. Langit mendung seolah ikut berduka. Awan kelabu menyelimuti, membuat kesan kedukaan yang semakin pekat di dada seorang perempuan yang baru saja patah hati. Dan bukan hanya itu, kini harapan Ratna telah patah dan hancur berkeping-keping.




Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment