Namaku Mina. Lengkapnya Artamina Zulhendra. Usia 20 tahun, tinggal di Bandung, punya teman, punya sahabat, tapi tidak punya pasangan alias sedang jomblo. Dan sekarang lagi bĂȘte!
Ngomong-ngomong
jomblo, mungkin itu karena hatiku ini yang tak bisa lagi nerima kehadiran orang
lain di hatiku. Mau yang tampan, yang macho, yang putih, tinggi, imut, punya
gaya kayak boy band, pandai bikin puisi, pandai main musik, tajir, bermobil,
hobi jalan-jalan, atau apapun, aku gak mau kalau cowok itu bukan kamu.
Terserah,
kamu mau bilang apa. Terserah jika kamu mau protes juga. Yang penting aku gak
bisa lupain kamu, aku cinta kamu, dan aku mau kamu, titik. Hari ini, besok, dan
seterusnya sampai ratusan tahun yang akan datang aku tetap mau sama kamu.
Bahkan sejak kemarin, kemarin lusa, dan sejak empat tahun yang lalu, sejak kita
pertama kali bertemu aku sudah mau sama kamu.
Kamu
tahu kenapa aku selalu mau kamu? Karena kamu itu spesial. Kalau tokoh si Boy di
film Anak Jalanan mereka anggap paling keren, kamu lebih dari itu. Kalau ada
laki-laki yang putih, tinggi, gagah, dan apapun gambaran tentang ke-kerenan
laki-laki, aku rasa mereka kalah dengan kamu. Kamu itu…. Kalau aku ibaratkan, bagai
makanan terlezat yang setiap orang ingin memakannya. Apalagi jika yang melihat
kamu itu orang yang sedang lapar, pasti kamu sudah habis dilahapnya. Ditelan
bulat-bulat dan orang tersebut akan minta lagi kamu satu lagi, dua lagi, lagi,
dan lagi. Kamu lezat dan menggiurkan.
Jika
aku ibaratkan lagi, kamu itu bagaikan buah-buahan yang menyegarkan. Atau
minuman suplemen yang bisa mengembalikan semangat seseorang setelah mereguk
segarnya kamu. Mengalir di tenggorokkan, dan membuat kantuk hilang, membuat
badan berstamina dan segar. Bahkan yang sakit bisa jadi sembuh jika minum kamu.
Kamu
gak percaya? Nih ya aku kasih contoh.
Waktu
itu aku pulang kuliah, Matahari bersinar terik sekali. Tenggorokanku haus,
badanku lemas, perutku lapar. Aku rasa hari itu aku akan sakit. Dan kamu tahu? Ketika
aku tak sengaja bertemu kamu dan melihat kamu tersenyum, secara otomatis aku
merasa sehat kembali. Tenagaku kembali full, aku merasa kenyang, aku merasa
kuat dan begitu segar. Akhirnya aku menyapamu, membalas senyummu. Walau itu cuma
berlangsung beberapa detik, tapi kamu tahu? Aku jadi bisa pulang ke rumah tanpa
lemas dengan efek sehat dan bahagia itu aku rasakan sampai berhari-hari,
berminggu-minggu, Aku simpan senyummu di memoriku, untuk aku buka kembali saat
aku merasa lemas dan tak berenergi.
Contoh
kedua, saat aku merasa putus asa ketika mengerjakan tugas kuliah yang teramat
sulit, Sebait kalimat di pesan singkat yang kamu kirim, itupun menjadi sumber
semangat yang luar biasa. Aku menjadi mampu menyelesaikan tugas kuliahku lebih
cepat dari yang aku sangkakan.
Contoh
lain? Banyak! Pokoknya aku hanya ingin mengungkapkan, jika kamu itu obat segala
macam penyakit dan keluhan yang aku derita.
Tapi…
Sisi
lain, kadang kamu juga merupakan sumber kekesalan yang aku rasakan. Semisal aku
sedang membutuhkan semangat dan nasihat, lalu kamu menghilang entah kemana
bagaikan ditelan bumi, disembunyikan bajak laut, di tenggelamkan ke dasar
palung yang paling dalam di lautan. Rasanya aku ingin menangis sejadinya. Butuh
kamu dan butuh. Sangat butuh!
Seperti
sekarang, saat aku sedang merasa begitu lelah dengan segala beban pekerjaan,
tugas, dan masalah yang aku hadapi seharian, kamu aku BBM telat bales, Cuma diread
doank. Dan ketika ada balasan kamu malah mengabari jika kamu sedang jalan-jalan
dengan keluarga. Pasti tunangan kamu, kamu ajak serta. Kemana-mana dia kan
ikut melulu. Huh!
Kamu
harusnya tahu, jika kamu itu sudah aku anggap sebagai powerbank, jika batraiku lemah maka kamu yang mengembalikan
energiku. Dan kamu tahu? Aku begitu sudah sejak lama. Bayangkan, lima tahun!
Dan lima tahun juga aku merasakan jatuh bangun dengan perasaan yang aku pupuk
sendiri. Kamu sudah tunangan, dan mungkin sebentar lagi menikah dengan dia,
gadis yang menurutmu sangat mencintaimu. Kamu tak mau menyakiti hatinya, kamu
hanya mau dan siap meninggalkannya hanya jika aku sudah benar-benar siap
menikah denganmu. Ayo kita menikah! Masa aja aku yang memaksamu dan mengajakmu
terang-terangan. Apakah kamu tidak mengerti bahwa selama ini aku rela tidak
memiliki ikatan dengan siapapun itu demi menjaga perasaanmu. Kamu? Tidakkah merasakannya?
Kamu, tidakkah mengerti bagaimana perasaanku sekarang ketika aku mengetahui
kamu sedang bersamanya. Aku cemburu sayang! Aku tak suka, aku tak bisa, aku tak
mau!
Kadang
aku fikir, betapa bodohnya aku, mengapa juga masih bertahan di sini? Tapi
mengapa juga kamu sampai sekarang masih mau denganku? Mengapa kau selalu hadir
dan menjadi orang terdepan yang maju jika ada orang lain yang meyakitiku?
Membagi dua cintamu, untuk aku dan untuk dia. Andai aku boleh meminta maka
aku ingin jika cintamu yang terbagi dua itu 10% untuknya dan 90% lagi untukku.
Bisa kan? Itu kan bagi dua?
Aku
tahu, kamu pasti hanya akan tertawa terbahak-bahak jika mendengar permintaanku.
Seperti beberapa hari lalu saat aku mengatakan keinginan itu kepadamu. Tapi
jawaban kamu adalah, kamu tak berani melepasnya karena aku cantik dan karena
aku masih terlalu belia. Masih banyak yang suka sama aku, lalu bisa jadi aku dengan mudahnya berpaling darimu.
Sedangkan kamu, sudah hampir berkepala tiga, usia kita
berbeda sepuluh tahun. Kamu bilang mencintaiku dengan sungguh-sungguh. Tapi
kamu juga ragu jika cinta anak muda sepertiku hanya sesaat. Semetara usia mu
sudah tidak muda lagi. Kamu takut telat menikah kan?
Ah,
kenapa juga kamu itu harus ketemu aku saat kamu sudah punya pacar dan malah
bertunangan bukannya putusin saja dia saat kamu menyadari bahwa kamu mencintai
aku? Tapi kenapa juga usia kita harus begitu jauh? Dan kenapa juga kamu tak memberanikan
diri memintaku kepada orangtuaku untuk menikahiku? Kamu malah menjawab, jika
orangtuaku tak akan memberikan aku kepadamu. Karena kamu tahu, teman ayahmu itu
memiliki mimpi yang besar tentang putri semata wayangnya. Dan mimpinya itu
tentu bukan menikahkan putrinya dengan anak sahabatnya yang usianya sudah mau
30 tahun sekarang.
Aku
kesal, aku ingin lima tahun lebih tua, atau jika bisa kamu yang beberapa tahun
lebih muda. Mungkin jika kamu usianya baru 25 tahun dan aku 20 kita akan berasa
dalam satu masa, dan kita bisa pacaran. Sekarang! Bukan malah berstatus kakak
ade tapi saling tahu perasaan. Kamu tahu aku sangat mencintaimu, dan aku juga
tahu kamu sangat mencintaiku. Kita sama-sama tahu, tapi keadaan yang tak
memungkinkan kita menyatu. Usiamu tak bisa aku kurangi, kamu tak mau menikah
terlalu tua. Dan aku juga tak mungkin meminta dinikahkan sekarang, aku tahu
ayahku ingin aku lulus dulu. Tapi apakah kamu sama sekali tidak bisa menunggu?
Aku yakin aku bisa menjaga perasaanku hanya untukmu sampai aku lulus kuliah
nanti. Aku janji.
Apakah
lima tahun tidak cukup membuat kamu percaya jika kau benar-benar setia dan gak
bisa membuka hati aku untuk orang lain? Aku jatuh cinta kepadamu sejak aku
daftar masuk SMA, sejak aku masih memakai seragam putih biru. Dan perasaan itu
terjaga sampai sekarang. Dan satu tahun yang lalu, saat aku sudah mulai menjadi
mahasiswi, kamu akhirnya mengakui bahwa ternyata selama ini kamupun jatuh cinta
kepadaku. Apa lagi coba yang membuatmu tetap di sana? Memilih untuk tidak memilihku?
Ah…
sesak nafas jadinya jika aku mengingat betapa sulitnya aku meyakinkanmu jika
cinta ini takan terbagi. Dan betapa sakitnya pula ketika aku menyadari jika
kamu tetap bertahan di sana namun tetap menemuiku dan datang sebagai cintaku
yang berkedok panggilan kakak. Kakak sayang, adik sayang.
Memang
kamu selalu menyarankan aku untuk punya pacar, tapi kamu tak akan pernah tahu
jika itu tak pernah biasa aku lakukan. Hatiku telah terlalu penuh sesak dengan
segala sesuatu tentang kamu. Di dinding nya telah penuh dengan pahatan-pahatan
ukiran nama kamu. Penuh, dan tak ada tempat untuk orang lain.
Aku
tahu, jodoh sudah diatur oleh Tuhan, tapi perbolehkan aku untuk tetap memintamu
untuk dijodohkan denganku. Andai tunangamu itu tak lagi jadi yang terbaik
untukkmu, aku siap sedia menjadi pendampingmu. Dan seandainya kamu menikah
dengan nya, memiliki anak darinya, mungkin aku akan tetap mencintaimu dan
mencintaimu hingga ratusan tahun lagi. Karena bagiku kau tetap segalangya. Tak
akan pernah tergantikan…
**
Sore ini hujan. Terasa dingin. Pesan BBM yang aku kirim belum juga mendapatkan balasan. Aku tak tahu sedang apakah dia di sana. Seperti biasa, aku hanya bisa menunggu.
sungguh cerita yang bagus....
ReplyDeletemakasih kang... :-)
ReplyDelete