Search This Blog

Thursday, July 2, 2015

Ramadhan I'm in Love (4) (Masih saja Galau)

Bolehkah jika kali ini aku mulai berkesimpulan bahwa dia yang ku cintai tak lagi memperdulikanku. Tak memperdulikan hati dan persaanku. Ada apakah gerangan? Apakah yang ia sembunyikan? Benarkah hanya aku di hatiya? Benarkah dia berani membohongiku dan membodohiku? Memanfaatkan ku sebagai pelarian atau apapun.
Aku tak pernah habis fikir.

**
Adzan magrib berkumandang, aku basuh tenggorokanku dengan segelas teh manis hangat buatan mama. Aku penuhi rasa lapar ku dengan dua kerat boum (Bolu Umbi) yang aku beli dari tetangga yang promosi produk baru. Cukup kenyang. Tapi rasa haus dan lapar ku akan kehadiran Kak Riksan untuk memberikan jawaban tak jua terobati. Ingin aku mencari tahu tapi bagaimana caranya? Menghubunginya aku enggan. Mentapanya aku tak lagi mau, BBM, telepon, rasanya aku tak mau melakkukanya. Hh... hanya berharap aku bisa menenangkan diri kali ini.
Malam ini aku tak pergi solat teraweh ke mesjid, langkah kaki ku terlalu berat rasanya. cukup aku menurung diri di kamar saja. Aku solat,aku berdo'a, aku adukan semunya kepada Nya, Ia yang Maha Tahu segalanya, Ia yang membolak balikan hati manusia. 
Seusai solat, Aku mencoba memejamkam mata. Tapi tak jua terpejam. Bayangan Kak Riksan dengan perempuan di sebelah nya di foto itu selalu membayang-banyangi ku. Mereka memang cukup serasi. Perempuan itu tampak lebuh dewasa dan keibuan, anggun dan terlihat cerdas. Aku tahu dari sorot matanya. Aku tahu, ia bukan perempuan sembarangan, bukan perempuan biasa. Mungkin itulah yang membuat Kak Riksan juga jatuh hati kepadanya.
Ratu Amartina, naa yang bagus dan indah, Parasnya cantik, menarik, dewasa. Mungkin jauh dengan aku, kolokakan, manja, cengeng, atau apalah. tapi aku tak begitu kok! Aku juga mandiri, punya kemauan, punya pendirian, punya kebisaan, aku mampu melakukan apapun tanpa harus tergantung kepada laki-laki, aku bisa sendiri! 
Tapi aku kini tak bisa tanpamu Kak Riksan... Aku butuh kamu...
Mataku terpejam, bibirku mengatup, air mataku kembali menetes. Hatiku masih sakit dan terus mengharapkan sesuatu. Sebuah penjelasan.
**
Dini hari, mataku terjaga, terbangun oleh suara petugas jaga yang membangunkan warga untuk makan sahur. Aku lihat jam dinding menunjukkan jam 3. masih trelalu dini hari untuk makan sahur. Aku bankit dari tempat tidur ku, menuju kamar mama, mama sudah duduk di atas sajadah nya membaca kitab suci. Aku tak mau menganggu, tapi sepertinya mama tahu aku berdiri di dekat pintu. 
"Apa din... tidur lagi aja, nanati mama bangunin kamu, mama tahu, tampak nya kamu kurang tidur semalam"
"Enggak ma... Aku ke dapur aja bantuin mama masak buat sahur"
"Semua sudah siap, mama masak semalam, tinggal manasin aja Din..." Setelah itu mama melanjutkan mengaji.
Aku pun melangkahkan kaki kembali ke kamarku. Aku rebahkan lagi tubuhku di atas kasur empukku. Aku tarik lagi selimutku. Kasur dan selimut senyaman itu seharusnya bisa membuat ku tidur nyenyak kembali, tapi tidak kali ini. Tangan ku meraih android ku dan iseng membuka-buka status BBM orang lain.
Berbagai kalimat aku temukan di status mereka. Ada yang lucu, yang pilu, yang gokil, yang curhat juga ada. yang lagi kangen juga ada.
Dan yang statusnya tertuju padaku lansung juga ada.
Riksan Firdaus
"Ada apa dengan kamu? #Nadin"
Deg! Ada semacam hantaman cukup keras di dadaku. kaget bercampur aduk dengan sedikit rasa bahagia, tenyata Kak Riksan memikitkan aku. Dan tak pernah Kak Riksan berani menyebut nama ku di sosial media.
Hm... apakah Kak Riksan galau karena seorang Nadin? Tanyakan apa jangan ya...? Hmm... Ah, gak usah.
**
Makan sahur selesai. Sebuah pesan BBM masuk, dari Kak Riksan. 
"Nanti sore kakak jemput kamu untuk buka bersama di rumah. 
Jam 4 kabari kakak posisi kamu di mana. 
See u"  

Aku tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya aku abaikan pesan itu. lantas aku melanjutkan rutinitas ku setelah makan sahur. Shalat subuh dan membantu mama membereskan rumah.
Jam 7 pai aku pamit pergi ke kampus. ada 3  mata kuliah yang harus aku ikuti hari ini. akan cukup menguras energi fikirku. selain karena mat kuliahnya cukup berat, belum lagi ditambah dosennya yang terkenal killer. tapi semoga bapak dan ibu dosen nya lemes lagi puasa, jadi ia tak usah terlalu bersungut-sungut memberi perkuliahan. Aamiin...
bebrapa saat sebelum aku berangkat, mama berdiri di pintu kamar. mulai mngomentari apa yang aku kenakan. mama mulai memberikan saran ini itu tentang pakaian ku. Sepatu ku, Tas yang aku pakai, sampai dengan jenis kain baju ku yang menurut mama gampang kusut. Mama meningatkan ku untuk tak lupa membawa alat temput peempuan, pelembab, bedak, pelembab bibir, minyak wangi, dan lain-lainya. Entah kenapa mama seperti itu, tak biasanya mama begitu perhatian denan pakaian yang aku kenakan. Setelah aku 'Oke' baru lah mama mengizinkan ku berangkat ke kampus. 
**
Perkuliahan selesai jam 15.30. keluar dari ruang kelas langkah ku langsung trtuju ke mesjid kampus untuk menjalankan shalat asar. Di sana aku bertemu beberapa teman dekat ku yang juga baru selesai kuliah. Kami melaksanakan shalat secara berjamaah. Nisa teman ku semasa SMA menawarkan jasa untuk pulang bersama. Kebetulan rumah kami searah. Tapi aku tolak mentah-mentah dengan alasan aku ada urusan dulu. 
**
Tepat jam empat sore ponselku berdering. Kak Riksan menelpon ku. 
"Din, solat nya sudah?"
"Lho kakak kok tahu aku baru selesai solat?'
"Kalo sudah cepetan ya, Kakak tunggu kamu di parkiran" telepon nya lansung diputus.
Akhir-akhir ini Kak Riksan banyak gak jelasnya deh... sambil mengerutu aku segera berkemas, dan menuju tempat parkir. Tapi tak lama kemudian ponsel ku kembali berdering. Kali ini mama yang menelpon.
"Iya ma... Assalamualaikum"
"Sayang.. kamu udah bertemu riksan?"
"Kok mama tahu ?"
"Tadi pagi setelah sahur Riksan menelpon mama minta izin mau ajak kamu buka bersama di rumah nya. Sekarang kamu sudah ketemu dia belum?" 
"Belum ma... " nada ku atar saja... 
"Lho... kok kamu kayak yang gak seneng mama telpon kamu, kenapa?"
"Habis nya mama kenapa gak bilang sama Nadin kalo dia mau ngajak Nadin buka bareng?"
"Lha... katanya tadi pagi udah di BBM.." Mama mengelak
"Iya sii ma... Nadin fikir dia cuma Pe ha pe in nadi aja..."
"Ya enggak dong sayang... orang dia minta izin sam mama sama ayah kamu kok. Makanya tai pagi mama dandanin kamu. Sekarang juga kamu harus cantik ya.. gak apa-apa baju nya gak ganti juga." kalimat mama diakhiri dengan tawa. 
"Aaaaa mama...." aku kesal. Kenapa gak bawa baju ganti sekalian. ...hm...
"Yasudah hati-hati ya Din.. Assalamualaikum" telepon lansung terputus.
Waalaikumsalam... aku menjawab salam mama tanpa bisa mama dengar lagi. Aku mempercepat langkah. Kak Riksan pasti sudah lama menunggu.
**
Di tempat parkir

"Kamu dari mana aja? Gak tau bagaiman rasanya nunguin orang?" Kak Riksan tiba-tiba nyolot. Aku benar-benar gak nyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu ketika aku datang. 
"Tadi mama menelpon Kak... Maaf..." Aku mengatakan yang sesunguhnya. Kepalaku tertunduk setunduk-tunduknya bagai anak Sekolah Dasar yan disetrap oleh Guru nya yang galak.
"O... Ya sudah, ayo naik!" Kalimat itu malah seketika berubah nada. Lebih hangat dan terdengar lembut di telinga. Bahkan sampai hingga ke hati. 
"Jangan nunduk aja begitu doong.. Kakak kan jadi gak bisa lihat cantik nya kamu... Angkat kepanya! Kayak anak nakal yang lagi di setrap aja..." Bujuk Kak Riksan. 
Aku mengankat kepala dan memberanikan diri memandang wajah kak Riksan. Subhanallah, laki-laki itu tersenyum manis sekali. Hatiku bergetar, jantungku dag dig dug dibuatnya. Ia tampak begitu sangat tampan dan gagah mengenakan kemeja putih, warna kesukaan ku. 
"Ayo" Singkat saja, Kak Riksan memberi isyarat agar aku sesegera mungkin masuk ke mobilnya. Aku patuh.

Kak Rikasan membetulkan posisi sandaran kursinya, memasang sabuk pengaman. Kemudian menoleh ke arah ku. Senyum nya tetap manis, manis sekali. lalu ia bertanya,
"Sudah siap Nadin Pratiwi?"
Aku hanya tersenyum dengan rasa yang campur aduk. Antara siap dan tidak. Antara bingung dan bahagia, antara percaya diri dan ragu-ragu. Dan sumber galau yang terbesar selain perasaan-perasaan itu adalah, karena aku belum mandi lagi sejak tadi pagi sebelum berangkat kuliah. 
Kak Riksan mengelus kepalaku dengan perlahan. kembali tersenyum dan tersenyum. Sungguh menyejukkan hati ku. Lalu ia menhidupkan mesin, dan bergumam "Bismillah...."
Mobil yang dikendarai Kak Riksan melaju dengan kecepatan sedang. Namun jantungku berdenyut begitu kencang, susah aku kendalikan. Apakan yang harus aku perbuat ketika aku bertemu keluarga kak Riksan nanti?

*Bersambung 

 


Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment