Search This Blog

Wednesday, April 13, 2016

KETIKA KAMU LEBIH MEMILIH UNTUK TIDAK MEMILIHKU


Namaku Mina. Lengkapnya Artamina Zulhendra. Usia 20 tahun, tinggal di Bandung, punya teman, punya sahabat, tapi tidak punya pasangan alias sedang jomblo. Dan sekarang lagi bĂȘte!
Ngomong-ngomong jomblo, mungkin itu karena hatiku ini yang tak bisa lagi nerima kehadiran orang lain di hatiku. Mau yang tampan, yang macho, yang putih, tinggi, imut, punya gaya kayak boy band, pandai bikin puisi, pandai main musik, tajir, bermobil, hobi jalan-jalan, atau apapun, aku gak mau kalau cowok itu bukan kamu.

Terserah, kamu mau bilang apa. Terserah jika kamu mau protes juga. Yang penting aku gak bisa lupain kamu, aku cinta kamu, dan aku mau kamu, titik. Hari ini, besok, dan seterusnya sampai ratusan tahun yang akan datang aku tetap mau sama kamu. Bahkan sejak kemarin, kemarin lusa, dan sejak empat tahun yang lalu, sejak kita pertama kali bertemu aku sudah mau sama kamu.
Kamu tahu kenapa aku selalu mau kamu? Karena kamu itu spesial. Kalau tokoh si Boy di film Anak Jalanan mereka anggap paling keren, kamu lebih dari itu. Kalau ada laki-laki yang putih, tinggi, gagah, dan apapun gambaran tentang ke-kerenan laki-laki, aku rasa mereka kalah dengan kamu. Kamu itu…. Kalau aku ibaratkan, bagai makanan terlezat yang setiap orang ingin memakannya. Apalagi jika yang melihat kamu itu orang yang sedang lapar, pasti kamu sudah habis dilahapnya. Ditelan bulat-bulat dan orang tersebut akan minta lagi kamu satu lagi, dua lagi, lagi, dan lagi. Kamu lezat dan menggiurkan.
Jika aku ibaratkan lagi, kamu itu bagaikan buah-buahan yang menyegarkan. Atau minuman suplemen yang bisa mengembalikan semangat seseorang setelah mereguk segarnya kamu. Mengalir di tenggorokkan, dan membuat kantuk hilang, membuat badan berstamina dan segar. Bahkan yang sakit bisa jadi sembuh jika minum kamu.
Kamu gak percaya? Nih ya aku kasih contoh.
Waktu itu aku pulang kuliah, Matahari bersinar terik sekali. Tenggorokanku haus, badanku lemas, perutku lapar. Aku rasa hari itu aku akan sakit. Dan kamu tahu? Ketika aku tak sengaja bertemu kamu dan melihat kamu tersenyum, secara otomatis aku merasa sehat kembali. Tenagaku kembali full, aku merasa kenyang, aku merasa kuat dan begitu segar. Akhirnya aku menyapamu, membalas senyummu. Walau itu cuma berlangsung beberapa detik, tapi kamu tahu? Aku jadi bisa pulang ke rumah tanpa lemas dengan efek sehat dan bahagia itu aku rasakan sampai berhari-hari, berminggu-minggu, Aku simpan senyummu di memoriku, untuk aku buka kembali saat aku merasa lemas dan tak berenergi.
Contoh kedua, saat aku merasa putus asa ketika mengerjakan tugas kuliah yang teramat sulit, Sebait kalimat di pesan singkat yang kamu kirim, itupun menjadi sumber semangat yang luar biasa. Aku menjadi mampu menyelesaikan tugas kuliahku lebih cepat dari yang aku sangkakan.
Contoh lain? Banyak! Pokoknya aku hanya ingin mengungkapkan, jika kamu itu obat segala macam penyakit dan keluhan yang aku derita.
Tapi…
Sisi lain, kadang kamu juga merupakan sumber kekesalan yang aku rasakan. Semisal aku sedang membutuhkan semangat dan nasihat, lalu kamu menghilang entah kemana bagaikan ditelan bumi, disembunyikan bajak laut, di tenggelamkan ke dasar palung yang paling dalam di lautan. Rasanya aku ingin menangis sejadinya. Butuh kamu dan butuh. Sangat butuh!
Seperti sekarang, saat aku sedang merasa begitu lelah dengan segala beban pekerjaan, tugas, dan masalah yang aku hadapi seharian, kamu aku BBM telat bales, Cuma diread doank. Dan ketika ada balasan kamu malah mengabari jika kamu sedang jalan-jalan dengan keluarga. Pasti tunangan kamu, kamu ajak serta. Kemana-mana dia kan ikut melulu. Huh!
Kamu harusnya tahu, jika kamu itu sudah aku anggap sebagai powerbank, jika batraiku lemah maka kamu yang mengembalikan energiku. Dan kamu tahu? Aku begitu sudah sejak lama. Bayangkan, lima tahun! Dan lima tahun juga aku merasakan jatuh bangun dengan perasaan yang aku pupuk sendiri. Kamu sudah tunangan, dan mungkin sebentar lagi menikah dengan dia, gadis yang menurutmu sangat mencintaimu. Kamu tak mau menyakiti hatinya, kamu hanya mau dan siap meninggalkannya hanya jika aku sudah benar-benar siap menikah denganmu. Ayo kita menikah! Masa aja aku yang memaksamu dan mengajakmu terang-terangan. Apakah kamu tidak mengerti bahwa selama ini aku rela tidak memiliki ikatan dengan siapapun itu demi menjaga perasaanmu. Kamu? Tidakkah merasakannya? Kamu, tidakkah mengerti bagaimana perasaanku sekarang ketika aku mengetahui kamu sedang bersamanya. Aku cemburu sayang! Aku tak suka, aku tak bisa, aku tak mau!
Kadang aku fikir, betapa bodohnya aku, mengapa juga masih bertahan di sini? Tapi mengapa juga kamu sampai sekarang masih mau denganku? Mengapa kau selalu hadir dan menjadi orang terdepan yang maju jika ada orang lain yang meyakitiku? Membagi dua cintamu, untuk aku dan untuk dia. Andai aku boleh meminta maka aku ingin jika cintamu yang terbagi dua itu 10% untuknya dan 90% lagi untukku. Bisa kan? Itu kan bagi dua?
Aku tahu, kamu pasti hanya akan tertawa terbahak-bahak jika mendengar permintaanku. Seperti beberapa hari lalu saat aku mengatakan keinginan itu kepadamu. Tapi jawaban kamu adalah, kamu tak berani melepasnya karena aku cantik dan karena aku masih terlalu belia. Masih banyak yang suka sama aku, lalu bisa jadi aku dengan mudahnya berpaling darimu. 
Sedangkan kamu, sudah hampir berkepala tiga, usia kita berbeda sepuluh tahun. Kamu bilang mencintaiku dengan sungguh-sungguh. Tapi kamu juga ragu jika cinta anak muda sepertiku hanya sesaat. Semetara usia mu sudah tidak muda lagi. Kamu takut telat menikah kan?
Ah, kenapa juga kamu itu harus ketemu aku saat kamu sudah punya pacar dan malah bertunangan bukannya putusin saja dia saat kamu menyadari bahwa kamu mencintai aku? Tapi kenapa juga usia kita harus begitu jauh? Dan kenapa juga kamu tak memberanikan diri memintaku kepada orangtuaku untuk menikahiku? Kamu malah menjawab, jika orangtuaku tak akan memberikan aku kepadamu. Karena kamu tahu, teman ayahmu itu memiliki mimpi yang besar tentang putri semata wayangnya. Dan mimpinya itu tentu bukan menikahkan putrinya dengan anak sahabatnya yang usianya sudah mau 30 tahun sekarang.
Aku kesal, aku ingin lima tahun lebih tua, atau jika bisa kamu yang beberapa tahun lebih muda. Mungkin jika kamu usianya baru 25 tahun dan aku 20 kita akan berasa dalam satu masa, dan kita bisa pacaran. Sekarang! Bukan malah berstatus kakak ade tapi saling tahu perasaan. Kamu tahu aku sangat mencintaimu, dan aku juga tahu kamu sangat mencintaiku. Kita sama-sama tahu, tapi keadaan yang tak memungkinkan kita menyatu. Usiamu tak bisa aku kurangi, kamu tak mau menikah terlalu tua. Dan aku juga tak mungkin meminta dinikahkan sekarang, aku tahu ayahku ingin aku lulus dulu. Tapi apakah kamu sama sekali tidak bisa menunggu? Aku yakin aku bisa menjaga perasaanku hanya untukmu sampai aku lulus kuliah nanti. Aku janji.
Apakah lima tahun tidak cukup membuat kamu percaya jika kau benar-benar setia dan gak bisa membuka hati aku untuk orang lain? Aku jatuh cinta kepadamu sejak aku daftar masuk SMA, sejak aku masih memakai seragam putih biru. Dan perasaan itu terjaga sampai sekarang. Dan satu tahun yang lalu, saat aku sudah mulai menjadi mahasiswi, kamu akhirnya mengakui bahwa ternyata selama ini kamupun jatuh cinta kepadaku. Apa lagi coba yang membuatmu tetap di sana? Memilih untuk tidak memilihku?
Ah… sesak nafas jadinya jika aku mengingat betapa sulitnya aku meyakinkanmu jika cinta ini takan terbagi. Dan betapa sakitnya pula ketika aku menyadari jika kamu tetap bertahan di sana namun tetap menemuiku dan datang sebagai cintaku yang berkedok panggilan kakak. Kakak sayang, adik sayang.
Memang kamu selalu menyarankan aku untuk punya pacar, tapi kamu tak akan pernah tahu jika itu tak pernah biasa aku lakukan. Hatiku telah terlalu penuh sesak dengan segala sesuatu tentang kamu. Di dinding nya telah penuh dengan pahatan-pahatan ukiran nama kamu. Penuh, dan tak ada tempat untuk orang lain.
Aku tahu, jodoh sudah diatur oleh Tuhan, tapi perbolehkan aku untuk tetap memintamu untuk dijodohkan denganku. Andai tunangamu itu tak lagi jadi yang terbaik untukkmu, aku siap sedia menjadi pendampingmu. Dan seandainya kamu menikah dengan nya, memiliki anak darinya, mungkin aku akan tetap mencintaimu dan mencintaimu hingga ratusan tahun lagi. Karena bagiku kau tetap segalangya. Tak akan pernah tergantikan…
**
Sore ini hujan. Terasa dingin. Pesan BBM yang aku kirim belum juga mendapatkan balasan. Aku tak tahu sedang apakah dia di sana. Seperti biasa, aku hanya bisa menunggu.






Share/Bookmark

2 comments: