BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah, mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. Di
dalam proses pendidikan islam itu sendiri terdapat usaha untuk mempengaruhi
jiwa anak didik melalui suatu proses yang setingkat demi setingkat akan menuju
pada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan akhlak dan takwa serta
menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan
berbudi luhur dengan ajaran islam.
Untuk
mendukung usaha untuk melakukan proses pencapaian tujuan tercapainya hasil
pendidikan Islam perlu digunakan metode yang tepat dalam penyampaian ajaran
Islam agar mudah diterima dan tentunya tertanam dalam pada hati penerimanya,
sehingga dapat tercermun dalam prilaku manusia muslim dalam kehidupannya
sehari-hari.
Sebenarnya
Islam sudah memiliki metode-metode yang sempurna terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk itu,makalah ini akan membahas tentang metode-metode yang
digunakan dalam pendidikan agama Islam.
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis membuat rumusan
masalah yaitu:
1.
Apa yang dimaksud metode pendidikan islam?
2.
Bagaimana perbedaan stategi, model dan teknik
pembelajaran?
3.
Apa dasar-dasar metode pendidikan islam?
4.
Apa fungsi metode dalam pendidikan islam?
5.
Apa pentingnya pemilihan dan penggunaan metode?
6.
Apa saja macam-macam metode dalam pendidikan islam?
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk
mengetahui:
1.
Pengertian Metode Pendidikan Islam.
2.
Perbedaan Stategi, Model Dan Teknik Pembelajaran.
3.
Dasar-dasar Metode Pendidikan Islam.
4.
Fungsi Metode dalam Pendidikan Islam.
5.
Pentingnya Pemilihan dan Penggunaan Metode.
6.
Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam.
Secara
etimologis dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata.
Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah.
Thariqah berarti jalan, ,manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara
atau mediator.[1]
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode
adalah “cara kerja yang besistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna
mencapai apa yang telah ditentukan.”[2] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode berasal dari kata method yang berarti suatu
cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam
pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami,
menguasai bahan pelajaran tertentu (Darajat) [3]
Sedangkan secara terminologi atau
istilah metode bisa membawa pada pengertian yang bermacam-macam, yaitu ada
kognitifnya seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat sah shalat, ada
juga aspek afektifnya seperti penghayatan pada nilai-nilai dan akhlak, dan ada juga
aspek psikomotorik seperti praktek shalat, haji dan sebagainya. [4]
Adapun
menurut para ahli mendefinisikan
metode sebagai berikut :
1.
Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah
cara yang paling tepat dan tepat dalam mengajarkan mata pelajaran [5]
2.
3
|
3.
Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara
tau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
Armai Arif
–mengutip Mahmud Yunus- mendefinisikan bahwa metode adalah “jalan yang ditempuh
oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau
perniagaan maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.[7]
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang
ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan
tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai yang
diharapkan.
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa
kurang tepat menerjemahkan atau menyamakan pengertian “metode” dengan “cara.”
Memang metode dapat juga diartikan cara. Untuk mengetahui metode secara tepat,
dapat kita lihat penggunaan kata metode dalam bagasa Inggris. Dalam bahasa
Inggris ada kata way dan ada kata
method. Dua kata ini seringe diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya
yang lebih layak diterjemahkan cara adalah way bukan method. Jadi, metode
ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling
tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Ungkapan “paling tepat dan cepat”
inilah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam
bahasa Inggris. Kata “tepat dan cepat” ini sering diungkapkan dengan istilah “efektif dan
efesien.”[8]
Menurut al-Syaibany yang dikutip
oleh Khoiron Rosyadi, dari beberapa pendapat ahli menurunkan pengertian metode
sebagai berikut:
1. Mohd. Atiyah
al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham
kepada murid-murid segala dalam segala
mata pelajaran. Ini adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita
memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu.
2. Mohd. Abd.
Rohim Ghunaimah mengartikan, metode sebagai cara-cara yang praktis dalam
menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksudpengajaran.
3. Ali
al-Jumbalati dan Abu al-Fath Attawanisy mengartikan, metode sebagai cara-cara
yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.
4. Saleh Abdul
Aziz dan Dr Abd. Aziz Abd. Majid meminjam dua makna metode dari pendidik
Amerika Kill Patrick, yaitu makna yang luas dan menyeluruh yaitu memperoleh
maklumat-maklumat ditambah denganpandangan kebiasaan berfikir, dan lain-lain.
5. Edgar Bruce Wesley
mengartikan, metode dalam bidang pendidikan sebagai rentetan kegiatan belajar
pada murid, atau ia adalah proses yang pelaksanaannya sempurna menghasilkan
kegiatan belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi
berkesan.[9]
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang
digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan
dalam silabi atau mata pelajaran.
Metode selalu diartikan
dengan stategi, model dan teknik pembelajaran pembelajaran. Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk
mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. [10]
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Dalam srategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajan.
Model pembelajaran model
mengajar merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik
dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar
tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar.[11]
Pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Metode pembelajaran
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kemudian dijabarkan dengan
teknik dan taktik pembelajaran adalah penjabaran dari metode yang telah
dipilih.
Teknik pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Seddangkan taktik pembelajaran adalah merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam penggunaan metode
dalam penyampaian Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan dasar-dasar umum
yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam. Dasar-dasar tersebut adalah:
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk
membahas tentang pembelajaran. Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang
berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima
ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran,
yaitu :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ
ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ
عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling sempurna yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.[12]
Lima ayat tersebut merupakan ayat
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad, yang diantaranya berbicara tentang
perintah kepada semua manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan
observasi ilmiah tentang penciptaan manusia sendiri.[13]
Ayat ini mengandung perintah
membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk
menulis dengan perantaraan qalam (pena). Ini
jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan
menulis merupakan wahana pelestari dan
pengembang ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal
semuanya,termasuk mengenal dirinya sendiri. Tenta saja membaca di sini tdak
hanya pada hal-hal yang verbal (teks) saja, tetapi juga yang non verbal, yaitu
dunia dan seisinya Ini.
Wahbah al-Zuhaily memberikan
gambaran secara luas tentang ayat ini. Menurutnya, membaca dan menulis merupakan
nikmat yang besar dari Allah SWT. Menulis bisa berfungsi sebagai perantara
untuk saling memahami kepentingan manusia. Andaikan tidak ada tulisan maka akan
hilanglah semua ilmu dan orang akan kehilangan jalur petunjuk ke arah agama.
Kehidupan dan segala perundangundangan tidak akan bisa baik dan lestari.
Tulisan lah yang bisa menyambungkan ilmu umat terdahulu kepada umat berikutnya,
sehingga umat bisa selalu mengalami kemajuan, keutuhan ajara agama tetap
terjaga.[14]
Landasan al-Qur’an yang kedua adalah
surah an-Nahl ayat 125 :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ
رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahkan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[15]
Ayat ini berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Di sini ada
tiga contoh metode, yaitu hikmah
(kebijaksanaan), mau’idhah hasanah (nasehat
yang baik), dan mujadalah (dialog dan
debat). Pendapat seperti ini banyak disampaikan para mufasir, seperti
Fakhruddin arRazy, Muhammad ash-Shawy, an-Nawawy al-Jawy, dan lain-lain.
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pembelajaran, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pembelajaran itu, mengapa pembelajaran itu diperlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis merupakan landasan
yang berdasarkan atau besifat filsafat
(falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber
dari bahasa Yunani. Philein berarti
mencintai, dan sophos atau sophis
berarti hikmah, arif, atau bijaksana.[16]
Terdapat
kaitan yang erat antara pembelajaran dengan filsafat karena filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pembelajaran
berusaha mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan
dan cara-cara penyelenggaraan pembelajaran. Dan dari sisi lain, pembelajaran
merupakan proses memanusiakan manusia.
Filsafat dalam pembelajaran berupaya menjawab secara kritis dan mendasar
berbagai pertanyaan pokok sekitar pembelajaran, seperti apa, mengapa, ke mana,
bagaimana, dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal
tersebut sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan
yang dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil
pembelajaran tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu
harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat
dipastikan. Ketepatan setiap keputusan dan tindakan, serta diikuti dengan upaya
pemantauan dan penyesuaian yang menerus, sangat penting karena koreksi setelah
diperoleh hasilnya akan sulit dan sudah terlambat.[17]
Di samping memperhatikan
kondisi jasmani peserta didik, pendidik juga perlu memperhatikan kondisi psikis
/ kondisi jiwa atau rohaninya. Dalam kondisi jiwa yang labil (neurosis)
menyebabkan tranformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut [18]:
a.
Tingkat kecerdasan/inteligensi
siswa
b.
Sikap siswa
c.
Bakat siswa
d.
Minat siswa
e.
Motivasi siswa
Interaksi pendidikan
dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan
peserta didik di kala berada dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, secara
sosiologis seorang pendidik hendaknya dapat memberikan pengaruh tauladan dalam
proses sosialisasi dengan pihak lain di sekelilingnya.
Sosiologi pendidikan merupakan
analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam
sisitem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang [19]:
1)
Hubungan system
pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a)
Fungsi pendidikan dalam
kebudayaan.
b)
Hubungan system
pendidikan dan proses kontrol social dan system kekuasaan.
c)
Funfsi system pendidikan
dalam memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan.
d)
Hubungan pendidikan
dengan kelas social dan system status.
e)
Fungsionalisasi system
pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2)
Hubungan kemanusiaan di
sekolah yang meliputi :
a)
Sifat kebudayaan sekolah,
khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b)
Pola interaksi social
atau struktur masyarakat sekolah.
3)
Pengaruh sekolah pada
prilaku anggotanya, yang mempelajari :
a)
Peranan social guru.
b)
Sifat kepribadian guru.
c)
Pengaruh kepribadian
guru terhadap tingkah laku siswa.
d)
Fungsi sekolah dalam
sosialisasi anak.
4)
Sekolah dala komunitas,
yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan kelompok social lain di
dalam komunitasnya, yang mempelajari :
a)
Pelukisan tentang
komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b)
Analisis tentang proses
pendidikan seperti tampak terjadi pada system sosial komunitas kaum tidak
terpelajar.
c)
Hubungan antar sekolah
dan komunitas dalam fungsi kepensisikannya.
d)
Faktor-faktor demografi
dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sosial.
Keempat bidang yang dipelajari
tersebut sangat esensial untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya
dengan keseluruhan hidup masyarakat.
Metode pendidikan secara
umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan.
Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan
materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua
pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu
tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Metode dapat berfungsi
sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode
dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.[20]
Dari dua pendekatan
tersebut dapat dilihat pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu
tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum
dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agara pengajaran dapat
disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan
motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam Al-Qur’an
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana yang
menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di
muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai
makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat
digunakan saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu
prinsip umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat
disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan
motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah
diberikan. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai
dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari
jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa anak dalam menerima
pelajaran.(Blog MTs Bahrul Ulum, Tasik Malaya).
Dalam menyampaikan
materi pendidikan kepada peserta didik sebagaimana disebutkan di atas perlu
ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dalam menghadapi manusia
sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang dengan
mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna. Karena itu materi-materi
pendidikan yang disajikan oleh Al-Qur’an senantiasa mengarah kepada pengembangan
jiwa, akal, dan jasmani manusia itu, hingga dijumpai ayat yang mengaitkan
keterampilan dengan kekuasaan Tuhan, yaitu ayat yang berbunyi :
… وما رميت إذ رميت ولكنّ الله رمى … (الانفال : ۱٧
Artinya :“Dan bukanlah kamu yang melempar ketika
kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (QS. Al-Anfal:17).
Dari sini jelaslah bahwa
metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Tidak salah jika
ada sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa “metode lebih utama dari pada
materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang
harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan
maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.
Salah satu usaha
yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses
belajar mengajar. Metode mengajar memiliki arti yang sangat penting lebih dari
sekedar alat untuk menyampaikan ilmu pada peserta didik, akan tetapi juga untuk
menolong peserta didik memperoleh pengajaran dan pembelajaran dari pendidikan.
Keberadaan metode ini juga bermanfaat sebagai alat untuk menolong para pelajar
untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang
diinginkan.[21]
Titik sentral dari
sebuah kegiatan belajar mengajar ada pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran yaitu pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar, dan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Dalam Permendiknas RI No.
52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan
topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alatalat bantu
pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa. Dan dapat memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; memudahkan guru memilih dan menyusun
bahan ajar; membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran; memudahkan guru mengadakan penilaian.[22]
Maka dari itu pemilihan metode dan
penggunaanya hendaklah diperhatikan seksama oleh pelaku pendidikan, dalam hal
ini adalah pendidik (guru). Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban
menyediakan lingkungan belajar yang afektif, inovatif, kreatif, edukatif, dan
menyenangkan bagi kegiatan belajar siswa dikelas. Dalam pemilihan dan Penggunaa
metode harus memperhatikan beberapa prinsip, prinsip-prinsip tersebut
diantaranya adalah, Individulitas, Globalisasi, Berpusat pada minat siswa, Aktivitas,
Motivasi, Pengajaran bermakna, Korelasi dan Konsentrasi.[23]
Sebagai pijakan untuk mempermudah
guru dalam pemilihan dan penggunaan metode, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh pendidik(Guru) :[24]
a.
Sesuai dengan tujuan
pengajaran.
b.
Sesuai dengan waktu,
tempat, dan alat-alat yang tersedia dan tugas guru.
c.
Sesuai dengan jenis
kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pelajaran.
d.
Menarik perhatian murid.
e.
Maksudnya harus dipahami
oleh murid.
f.
Sesuai dengan kecakapan
guru.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan proses
pembelajaran adalah, adanya pemilihan dan penggunaan metode yang tepat, dengan
memperhatikan berbagai prinsip dan faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum metode pendidikan Islam
dapat dikategorikan menjadi
beberapa bagian, yaitu:
1.
Metode
ceramah, memberikan pengertian dan uraian suatu masalah.
2.
Metode
diskusi memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.
3.
Metode
eksperimen, mengetahui terjadinya proses suatu masalah.
4.
Metode
demonstrasi, menggunakan praga untuk memperjelas masalah.
5.
Metode
pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan
bertanggung jawab.
6.
Metode
sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.
7.
Metode
drillm mengukur daya serap terhadap pelajaran.
8.
Metode
kerja kelompok.
9.
Metode
tanya jawab.
10.
Metode
proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah secara ilmiah, logis dan
sistematis.[25]
Sedangkan metode yang
dijelaskan dalam Al-Quran dan sunnah, yaitu:
1.
Metode kisah, yaitu memberikan materi pelajaran melalui
kisah atau cerita. Prinsip dasar ini diambil dari Al-Quran surat Al-Qashas ayat
76.
*¨bÎ)tbrã»s%c%2`ÏBÏQöqs%4ÓyqãB4Óxöt7sùöNÎgøn=tæ(çm»oY÷s?#uäurz`ÏBÎqãZä3ø9$#!$tB¨bÎ)¼çmptÏB$xÿtBé&þqãZtGs9Ïpt6óÁãèø9$$Î/Í<'ré&Ío§qà)ø9$#øÎ)tA$s%¼çms9¼çmãBöqs%w÷ytøÿs?(¨bÎ)©!$#w=ÏtätûüÏmÌxÿø9$#ÇÐÏÈ
Artinya: “Sesungguhnya
Karun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan
kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya
sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika
kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ
عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا
وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ
بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ
بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ فَغَفَرَ لَهُ
قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي
كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Artinya : Dari Abu
Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika
seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali
kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan
lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu
sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi
sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan
ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni,
sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita
menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada
pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
Hadist
diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan
kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk
berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan
metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam
menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah
menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya
2.
Metode dialog
Metode
tanya jawab adalah cara mengajar dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
peserta didik. Metode ini bertujuan untuk menstimulus anak didik berpikir dan
membimbingnya dalam mencapai kebenaran.[9] Memberikan pengertian kepada
seseorang dan memancingnya dengan umpan pertanyaan telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ
وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ ٨٥ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ
ٱلۡعَظِيمِ ٨٦ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ
أَفَلَا تَتَّقُونَ ٨٧
Artinya : 84.
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika
kamu mengetahui ? 85. Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat ? 86. Katakanlah: "Siapakah
yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar ? 87. Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu
tidak bertakwa ? (QS Al-Mu’minun : 84-87)
3.
Ceramah
Metode
ceramah merupakan yaitu cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama
kepada anak didik yang dilakukan secara lisan.[26]
Penerapan metode ceramah dalam pendidikan Islam disinyalir dalil Al-Qur’an.
Metode ini terilhami dari kisah Nabi Musa A.S ketika menyampaikan permohonan
kepada Allah SWT. Firman Allah SWT :
قَالَ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي
صَدۡرِي ٢٥ وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي ٢٦
وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي ٢٧
يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي ٢٨
Artinya :Berkata Musa : Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untuk urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka
mengerti perkataanku.
(QS Thaha : 25-28)
4.
Metode amtsal, yaitu guru menyampaikan materi
pembelajaran dengan membuat suatu perumpamaan. Prinsip dasar meode tersebut
terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 17.
öNßgè=sVtBÈ@sVyJx.Ï%©!$#ys%öqtGó$##Y$tR!$£Jn=sùôNuä!$|Êr&$tB¼ã&s!öqym|=ydsª!$#öNÏdÍqãZÎ/öNßgx.ts?urÎû;M»yJè=àßwtbrçÅÇö6ãÇÊÐÈ
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak
dapat Melihat”.
5.
Metode Peragaan dan Demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ
كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى (رواه
مسلم)
Artinya : Dari Abu
Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung
hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di
dalam syurga dan ImamMalik mengisyaratkan
seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
6.
Metode pembiasaan
عن عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلاَةِ
لِسَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا
بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ … رواه أحمد
Artinya : Dari
'Amr ibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. berkata:
“Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah
mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu),
pisahkanlah tempat tidur mereka.
7.
Metode tanya jawab dan diskusi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ
اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ
ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه
مسلم)
Artinya : Dari Abu
Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab :
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih
dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)
Dari
penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai
starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya
ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran
yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta
didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan
siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau
pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
8.
Metode targhib dan tarhib
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan mengunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Memberikan hukuman dengan cara memberikan sanksi kepada orang atau peserta
didik yang telah melakukan kesalahan. Hadits yang berkaitan denagan metode
tersebut adalah:
حَدَثَنَا مُؤَمَّر بْن
هِشَام- يَعْنِي اْليَّشْكُرِيْ- حَدَثَنَا إِسْمَاعِيْل، عَنْ سُوَّارَأَبِيْ
حَمْزَةَ- قَالَ أَبُوْادَاوُد، وَهُوَ سُوَار بْنُ دَاوُد أَبُو الحَمْزَةِ
اْلمُزَانِّي اْلصَيْرَفِي- عَنْ عَمْرِو بْن شُعَيْبِ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ
جِدَّهِ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
"مُرُّوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْحُ سِنِيْن،
وَاضْرِبُوْاهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرُ سِنِيْنَ، وَفَرَقُوْا
بَيْنَهُمْ فِيْ اْلمَضَاجِحِ.")رواه أبو داود(
Artinya :Menceritakan kepada kami
Mu’ammar ibn Hisyam, yakni al-Yasykuri, menceritakan kepada kami Isma’il, dari
Suwwar ibn Abi Hamzah- berkata Abu Dawud, “Dia adalah Suwwar ibn Dawud Abu
Hamzah al-Muzanni al-Shairafi- dari ‘Amr ibn Syu’aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “perintahkanlah anak-anakmu
salat ketika usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya
saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”(H.R.
Abi Dawud).
Memberikan suatu penghargaan kepada peserta didik akan perbuatan, sikap,
atau tingkah lakunya yang positif. Hadits yang berkenaan dengan metode pujian
yaitu:
حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، عَنْ عَمْرِو
بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ، قِيلَ، يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَعَاتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، "لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا
يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ
حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ
نَفْسِهِ." )رواه البخاري(
Artinya :Menceritakan kepada kami
‘Abdul ‘Aziz ibn ‘Abdullah, ia berkata, menceritakan kepadaku Sulaiman, dari
Amar ibn Abi ‘Amar, dari Sa’id ibn Abi Sa’id al-Maqburi, dari Abu Hurairah,
bahwasanya ia berkata, ketika ia bertanya, “Ya Rasulullah! Siapakah orang yang
paling bahagia mendapatkan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda,
“Saya sudah menyangka , wahai Abu Hurairah bahwa tidak ada yang bertanya
tentang hadits ini seorangpun yang mendahuluimu, karena saya melihat semangatmu
untuk hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat
adalah orang yang mengucapkan “La Illaha illaallah” dengan ikhlas dari hatinya
atau dari dirinya.”(H.R. Bukhari).
BAB III
PENUTUP
Berdasasrkan pembahasan pada bab II, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Metode adalah seperangkat cara,
jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar
peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi
tertentu yang dirumuskan dalam silabi atau mata pelajaran.
2.
Salah satu faktor
yang turut menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah, adanya pemilihan
dan penggunaan metode yang tepat, dengan memperhatikan berbagai prinsip dan
faktor yang mempengaruhinya.
3.
Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam yaitumetode
kisah, metode dialog, metode amtsal,, metode peragaan dan demonstrasi, metode
pembiasaan, metode tanya jawab dan diskusi, dan metode targhib dan tarhib
Perlu diperhatikan, bahwa dengan tulisan ini bukan berarti pengkajian
tentang metode dalam pendidikan islam telah selesai. Sejalan tuntutan dinamika
masyarakat modern ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu
adanya kajian lanjutan secara lebih menarik, lebih dimengerti, dan termotivasi
melaksanakan penelitian.
17
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Ahmad Zayadi, Tadzkirah :
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2005
Ahmad Munjin, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Refika Aditama)
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya)
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologe
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, tt)
Dimyati, Aziz & Achmad, Pathoni, MKPA,
(Tulungagung : t.p, 1993)
H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru
Ismail SM,
Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis P.A.I.K.E.M, (Semarang : RaSAIL
Group, 2009)
Khoiron,
Rosyadi, Pendidikan Profetik Profetik, (Yohyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)
Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT
Logos Wacana Ilmu, 1999), cet.I,
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang
Standar Proses
Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam
Profesi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta. 2010)
Umar Tirtarahardja-La Sula, Pengantar
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994)
Wahbah
al-Zuhailiy, Tafsir Munir, (Libanon: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1994), juz -XXX,
18
|
[1] H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru, h. 144
[2]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), hlm. 652.
[3]Ahmad Munjin, Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Refika Aditama) h. 29
[4]H. Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam (2005), h. 144
[5]Ahmad Tafsir, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya) cet. 3 h. 9
[6]Ahmad Munjin, Metode dan Teknik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 29
[7]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 87.
[8]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. VIII, hlm. 9.
[9]Khoiron, Rosyadi, Pendidikan
Profetik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004) hal. 208-210
[10]Departemen Pendidikan Nasional Strategi
Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta 2008 h. 3
[11]Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. (Bandung:
Alfabeta. 2010), hal 176
[12]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:
PT Karya Toha Putra, tt.), hlm. 1271.
[13]Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm 77.
[14]Wahbah al-Zuhailiy, Tafsir Munir, (Libanon: Dar al-Fikr
al-Mu’ashir, 1994), juz -XXX, hlm. 317.
[15]Departemen Agama RI., op. cit.
hlm. 536.
[16]Umar Tirtarahardja-La
Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm. 83.
[17]Umar Tirtarahardja-La
Sula, Pengantar Pendidikan, (2002),
hlm. 83.
[18]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999), cet.I, hlm. 132.
[19]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (1999)hlm. 95-96.
[20]H. Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam (2005), h. 144
[21]Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik Profetik, (Yohyakarta
: Pustaka Pelajar, 2004) hal. 210
[22]Permendiknas RI No. 52
Tahun 2008 tentang Standar Proses
[23]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis
P.A.I.K.E.M, (Semarang : RaSAILGroup, 2009) hal. 26-29
[24]Dimyati, Aziz &
Achmad, Pathoni, MKPA, (Tulungagung :
t.p, 1993) hal. 16-17
[25]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41
[26]Abdul Majid dan Ahmad Zayadi,
Tadzkirah : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan
Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Hlm. 137
No comments:
Post a Comment