Search This Blog

Sunday, November 6, 2016

Makalah Metode Pendidikan Islam



BAB I

PENDAHULUAN


Pendidikan islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. Di dalam proses pendidikan islam itu sendiri terdapat usaha untuk mempengaruhi jiwa anak didik melalui suatu proses yang setingkat demi setingkat akan menuju pada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan akhlak dan takwa serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur dengan ajaran islam.

Untuk mendukung usaha untuk melakukan proses pencapaian tujuan tercapainya hasil pendidikan Islam perlu digunakan metode yang tepat dalam penyampaian ajaran Islam agar mudah diterima dan tentunya tertanam dalam pada hati penerimanya, sehingga dapat tercermun dalam prilaku manusia muslim dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebenarnya Islam sudah memiliki metode-metode yang sempurna terutama dalam bidang pendidikan. Untuk itu,makalah ini akan membahas tentang metode-metode yang digunakan dalam pendidikan agama Islam.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis membuat rumusan masalah yaitu:
1.           Apa yang dimaksud metode pendidikan islam?
2.           Bagaimana perbedaan stategi, model dan teknik pembelajaran?
3.           Apa dasar-dasar metode pendidikan islam?
4.           Apa fungsi metode dalam pendidikan islam?
5.           Apa pentingnya pemilihan dan penggunaan metode?
6.           Apa saja macam-macam metode dalam pendidikan islam?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk mengetahui:
1.      Pengertian Metode Pendidikan Islam.
2.      Perbedaan Stategi, Model Dan Teknik Pembelajaran.
3.      Dasar-dasar Metode Pendidikan Islam.
4.      Fungsi Metode dalam Pendidikan Islam.
5.      Pentingnya Pemilihan dan Penggunaan Metode.
6.      Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam.





Secara etimologis dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, ,manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara atau mediator.[1] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang besistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.”[2]  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode berasal dari kata method yang berarti suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, menguasai bahan pelajaran tertentu (Darajat) [3]
Sedangkan secara terminologi atau istilah metode bisa membawa pada pengertian yang bermacam-macam, yaitu ada kognitifnya seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat sah shalat, ada juga aspek afektifnya seperti penghayatan pada nilai-nilai dan akhlak, dan ada juga aspek psikomotorik seperti praktek shalat, haji dan sebagainya. [4]
Adapun menurut para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut :
1.      Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan tepat dalam mengajarkan mata pelajaran [5]
2.     
3
Ahmad Munjin mendefinisikan metode sebagai prinsip-prinsio yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang khususnya dalam proses belajar mengajar[6].
3.      Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara tau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
Armai Arif –mengutip Mahmud Yunus- mendefinisikan bahwa metode adalah “jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.[7]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai yang diharapkan.
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa kurang tepat menerjemahkan atau menyamakan pengertian “metode” dengan “cara.” Memang metode dapat juga diartikan cara. Untuk mengetahui metode secara tepat, dapat kita lihat penggunaan kata metode dalam bagasa Inggris. Dalam bahasa Inggris ada kata way dan ada kata method. Dua kata ini seringe diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya yang lebih layak diterjemahkan cara adalah way bukan method. Jadi, metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Ungkapan “paling tepat dan cepat” inilah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris. Kata “tepat dan cepat” ini sering  diungkapkan dengan istilah “efektif dan efesien.”[8]
Menurut al-Syaibany yang dikutip oleh Khoiron Rosyadi, dari beberapa pendapat ahli menurunkan pengertian metode sebagai berikut:
1.    Mohd. Atiyah al-Abrasy mengartikan, metode ialah jalan yang kita ikuti dengan memberi faham kepada murid-murid segala dalam  segala mata pelajaran. Ini adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas itu.
2.    Mohd. Abd. Rohim Ghunaimah mengartikan, metode sebagai cara-cara yang praktis dalam menjalankan tujuan-tujuan dan maksud-maksudpengajaran.
3.    Ali al-Jumbalati dan Abu al-Fath Attawanisy mengartikan, metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru yang menyampaikan maklumat ke otak murid-murid.
4.    Saleh Abdul Aziz dan Dr Abd. Aziz Abd. Majid meminjam dua makna metode dari pendidik Amerika Kill Patrick, yaitu makna yang luas dan menyeluruh yaitu memperoleh maklumat-maklumat ditambah denganpandangan kebiasaan berfikir, dan lain-lain.
5.    Edgar Bruce Wesley mengartikan, metode dalam bidang pendidikan sebagai rentetan kegiatan belajar pada murid, atau ia adalah proses yang pelaksanaannya sempurna menghasilkan kegiatan belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu menjadi berkesan.[9]

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi atau mata pelajaran.

B.     Perbedaan Stategi, Model Dan Teknik Pembelajaran
Metode selalu diartikan dengan stategi, model dan teknik pembelajaran pembelajaran. Pada dasarnya strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. [10]
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam srategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajan.
Model pembelajaran model mengajar merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar.[11]
Pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian dijabarkan  dengan teknik dan taktik pembelajaran adalah penjabaran dari metode yang telah dipilih.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Seddangkan taktik pembelajaran adalah merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.

Dalam penggunaan metode dalam penyampaian Pendidikan Agama Islam harus memperhatikan dasar-dasar umum yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam. Dasar-dasar tersebut adalah:
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran, yaitu : 
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling sempurna yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[12]

Lima ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad, yang diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia sendiri.[13]
Ayat ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan qalam (pena). Ini jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan menulis  merupakan wahana pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal semuanya,termasuk mengenal dirinya sendiri. Tenta saja membaca di sini tdak hanya pada hal-hal yang verbal (teks) saja, tetapi juga yang non verbal, yaitu dunia dan seisinya Ini. 
Wahbah al-Zuhaily memberikan gambaran secara luas tentang ayat ini. Menurutnya, membaca dan menulis merupakan nikmat yang besar dari Allah SWT. Menulis bisa berfungsi sebagai perantara untuk saling memahami kepentingan manusia. Andaikan tidak ada tulisan maka akan hilanglah semua ilmu dan orang akan kehilangan jalur petunjuk ke arah agama. Kehidupan dan segala perundangundangan tidak akan bisa baik dan lestari. Tulisan lah yang bisa menyambungkan ilmu umat terdahulu kepada umat berikutnya, sehingga umat bisa selalu mengalami kemajuan, keutuhan ajara agama tetap terjaga.[14]
Landasan al-Qur’an yang kedua adalah surah an-Nahl ayat 125 :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Artinya :  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahkan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[15]

  Ayat ini berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Di sini ada tiga contoh metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idhah hasanah (nasehat yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat). Pendapat seperti ini banyak disampaikan para mufasir, seperti Fakhruddin arRazy, Muhammad ash-Shawy, an-Nawawy al-Jawy, dan lain-lain.


Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pembelajaran, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pembelajaran itu, mengapa pembelajaran itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis merupakan landasan yang  berdasarkan atau besifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis  berarti hikmah, arif, atau bijaksana.[16]
Terdapat kaitan yang erat antara pembelajaran dengan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pembelajaran berusaha mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia  beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan pembelajaran. Dan dari sisi lain, pembelajaran merupakan proses memanusiakan manusia.
Filsafat dalam pembelajaran  berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pembelajaran, seperti apa, mengapa, ke mana, bagaimana, dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal tersebut sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil pembelajaran tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan. Ketepatan setiap keputusan dan tindakan, serta diikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuaian yang menerus, sangat penting karena koreksi setelah diperoleh hasilnya akan sulit dan sudah terlambat.[17]


Di samping memperhatikan kondisi jasmani peserta didik, pendidik juga perlu memperhatikan kondisi psikis / kondisi jiwa atau rohaninya. Dalam kondisi jiwa yang labil (neurosis) menyebabkan tranformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut [18]:
a.      Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
b.      Sikap siswa
c.      Bakat siswa
d.      Minat siswa
e.      Motivasi siswa

Interaksi pendidikan dalam masyarakat justru memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan peserta didik di kala berada dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, secara sosiologis seorang pendidik hendaknya dapat memberikan pengaruh tauladan dalam proses sosialisasi dengan pihak lain di sekelilingnya.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sisitem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang [19]:
1)        Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a)      Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b)      Hubungan system pendidikan dan proses kontrol social dan system kekuasaan.
c)      Funfsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan.
d)     Hubungan pendidikan dengan kelas social dan system status.
e)      Fungsionalisasi system pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2)        Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi :
a)      Sifat kebudayaan sekolah, khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b)      Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah.
3)        Pengaruh sekolah pada prilaku anggotanya, yang mempelajari :
a)      Peranan social guru.
b)      Sifat kepribadian guru.
c)      Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d)     Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak.
4)        Sekolah dala komunitas, yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan kelompok social lain di dalam komunitasnya, yang mempelajari :
a)      Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b)      Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system sosial komunitas kaum tidak terpelajar.
c)      Hubungan antar sekolah dan komunitas dalam fungsi kepensisikannya.
d)     Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sosial.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.

Metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai mediator pelaksanaan operasional pendidikan. Secara khusus biasanya metodologi pendidikan berhubungan dengan tujuan dan materi pendidikan dan juga dengan kurikulum. Dengan bertolak pada dua pendekatan ini dapat dikatakan bahwa metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Metode dapat berfungsi sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.[20]
Dari dua pendekatan tersebut dapat dilihat pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agara pengajaran dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam Al-Qur’an sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah  di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa anak dalam menerima pelajaran.(Blog MTs Bahrul Ulum, Tasik Malaya).
Dalam menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik sebagaimana disebutkan di atas perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang dengan mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna. Karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al-Qur’an senantiasa mengarah kepada pengembangan jiwa, akal, dan jasmani manusia itu, hingga dijumpai ayat yang mengaitkan keterampilan dengan kekuasaan Tuhan, yaitu ayat yang berbunyi :
وما رميت إذ رميت ولكنّ الله رمى … (الانفال : ۱٧
Artinya :“Dan  bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (QS. Al-Anfal:17).

Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Tidak salah jika ada sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa “metode lebih utama dari pada materi (al-taiqah aula min al-madah)” disebabkan materi itu bagaikan raga yang harus digerakkan oleh jiwa. Tanpa adanya penggerak yang membawa pada tujuan maka proses pendidikan tidak akan tecapai secara maksimal.

Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar memiliki arti yang sangat penting lebih dari sekedar alat untuk menyampaikan ilmu pada peserta didik, akan tetapi juga untuk menolong peserta didik memperoleh pengajaran dan pembelajaran dari pendidikan. Keberadaan metode ini juga bermanfaat sebagai alat untuk menolong para pelajar untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan.[21]
Titik sentral dari sebuah kegiatan belajar mengajar ada pada pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran yaitu pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar, dan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alatalat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Dan dapat memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; memudahkan guru mengadakan penilaian.[22]
Maka dari itu pemilihan metode dan penggunaanya hendaklah diperhatikan seksama oleh pelaku pendidikan, dalam hal ini adalah pendidik (guru). Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang afektif, inovatif, kreatif, edukatif, dan menyenangkan bagi kegiatan belajar siswa dikelas. Dalam pemilihan dan Penggunaa metode harus memperhatikan beberapa prinsip, prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah, Individulitas, Globalisasi, Berpusat pada minat siswa, Aktivitas, Motivasi, Pengajaran bermakna, Korelasi dan Konsentrasi.[23]
Sebagai pijakan untuk mempermudah guru dalam pemilihan dan penggunaan metode, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik(Guru) :[24]
a.         Sesuai dengan tujuan pengajaran.
b.         Sesuai dengan waktu, tempat, dan alat-alat yang tersedia dan tugas guru.
c.         Sesuai dengan jenis kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pelajaran.
d.        Menarik perhatian murid.
e.         Maksudnya harus dipahami oleh murid.
f.          Sesuai dengan kecakapan guru.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah, adanya pemilihan dan penggunaan metode yang tepat, dengan memperhatikan berbagai prinsip dan faktor yang mempengaruhinya.


F.     Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam
Secara umum metode pendidikan Islam dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1.      Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian suatu masalah.
2.      Metode diskusi memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.
3.      Metode eksperimen, mengetahui terjadinya proses suatu masalah.
4.      Metode demonstrasi, menggunakan praga untuk memperjelas masalah.
5.      Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan bertanggung jawab.
6.      Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.
7.      Metode drillm mengukur daya serap terhadap pelajaran.
8.      Metode kerja kelompok.
9.      Metode tanya jawab.
10.  Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah secara ilmiah, logis dan sistematis.[25]

Sedangkan metode yang dijelaskan dalam Al-Quran dan sunnah, yaitu:
1.      Metode kisah, yaitu memberikan materi pelajaran melalui kisah atau cerita. Prinsip dasar ini diambil dari Al-Quran surat Al-Qashas ayat 76.
bÎ)tbr㍻s%šc%Ÿ2`ÏBÏQöqs%4ÓyqãB4Óxöt7sùöNÎgøŠn=tæoY÷s?#uäurz`ÏBÎqãZä3ø9$#!$tB¨bÎ)¼çmptÏB$xÿtBé&þqãZtGs9Ïpt6óÁãèø9$$Î/Í<'ré&Ío§qà)ø9$#øŒÎ)tA$sçmsçmãBöqs%Ÿw÷ytøÿs?bÎ)©!$#Ÿw=ÏtätûüÏm̍xÿø9$#ÇÐÏÈ
 Artinya: “Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)

Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya
2.      Metode dialog
Metode tanya jawab adalah cara mengajar dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini bertujuan untuk menstimulus anak didik berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.[9] Memberikan pengertian kepada seseorang dan memancingnya dengan umpan pertanyaan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an :
قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٨٥ قُلۡ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبۡعِ وَرَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ ٨٦  سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ ٨٧
Artinya : 84. Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui ? 85. Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat ? 86. Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar ? 87. Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa ? (QS Al-Mu’minun : 84-87)
3.      Ceramah
Metode ceramah merupakan yaitu cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik yang dilakukan secara lisan.[26] Penerapan metode ceramah dalam pendidikan Islam disinyalir dalil Al-Qur’an. Metode ini terilhami dari kisah Nabi Musa A.S ketika menyampaikan permohonan kepada Allah SWT. Firman Allah SWT :
قَالَ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي ٢٥  وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي ٢٦ وَٱحۡلُلۡ عُقۡدَةٗ مِّن لِّسَانِي ٢٧  يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي ٢٨
Artinya :Berkata Musa : Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untuk urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.
(QS Thaha : 25-28)
4.      Metode amtsal, yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat suatu perumpamaan. Prinsip dasar meode tersebut terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 17.
öNßgè=sVtBÈ@sVyJx.“Ï%©!$#ys%öqtGó$##Y‘$tR!$£Jn=sùôNuä!$|Êr&$tã&s!öqym|=ydsŒª!$#öNÏdÍqãZÎ/öNßgx.ts?ur’Îû;M»yJè=àßžwtbrçŽÅÇö6ãƒÇÊÐÈ
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat”.


5.      Metode Peragaan dan Demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى (رواه مسلم)
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan ImamMalik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)

6.      Metode pembiasaan
عن عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ …  رواه أحمد
Artinya : Dari 'Amr ibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.

7.      Metode tanya jawab dan diskusi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم)
Artinya : Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)

Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.

8.      Metode targhib dan tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan mengunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Memberikan hukuman dengan cara memberikan sanksi kepada orang atau peserta didik yang telah melakukan kesalahan. Hadits yang berkaitan denagan metode tersebut adalah:
حَدَثَنَا مُؤَمَّر بْن هِشَام- يَعْنِي اْليَّشْكُرِيْ- حَدَثَنَا إِسْمَاعِيْل، عَنْ سُوَّارَأَبِيْ حَمْزَةَ- قَالَ أَبُوْادَاوُد، وَهُوَ سُوَار بْنُ دَاوُد أَبُو الحَمْزَةِ اْلمُزَانِّي اْلصَيْرَفِي- عَنْ عَمْرِو بْن شُعَيْبِ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ جِدَّهِ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، "مُرُّوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْحُ سِنِيْن، وَاضْرِبُوْاهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرُ سِنِيْنَ، وَفَرَقُوْا بَيْنَهُمْ فِيْ اْلمَضَاجِحِ.")رواه أبو داود(
Artinya :Menceritakan kepada kami Mu’ammar ibn Hisyam, yakni al-Yasykuri, menceritakan kepada kami Isma’il, dari Suwwar ibn Abi Hamzah- berkata Abu Dawud, “Dia adalah Suwwar ibn Dawud Abu Hamzah al-Muzanni al-Shairafi- dari ‘Amr ibn Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “perintahkanlah anak-anakmu salat ketika usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”(H.R. Abi Dawud).

Memberikan suatu penghargaan kepada peserta didik akan perbuatan, sikap, atau tingkah lakunya yang positif. Hadits yang berkenaan dengan metode pujian yaitu:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ، قِيلَ، يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَعَاتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، "لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ." )رواه البخاري(
Artinya :Menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz ibn ‘Abdullah, ia berkata, menceritakan kepadaku Sulaiman, dari Amar ibn Abi ‘Amar, dari Sa’id ibn Abi Sa’id al-Maqburi, dari Abu Hurairah, bahwasanya ia berkata, ketika ia bertanya, “Ya Rasulullah! Siapakah orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu pada hari kiamat?” Rasulullah bersabda, “Saya sudah menyangka , wahai Abu Hurairah  bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadits ini seorangpun yang mendahuluimu, karena saya melihat semangatmu untuk hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan “La Illaha illaallah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.”(H.R. Bukhari).


BAB III

PENUTUP

 

Berdasasrkan pembahasan pada bab II, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.      Metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi atau mata pelajaran.
2.      Salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah, adanya pemilihan dan penggunaan metode yang tepat, dengan memperhatikan berbagai prinsip dan faktor yang mempengaruhinya.
3.      Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam yaitumetode kisah, metode dialog, metode amtsal,, metode peragaan dan demonstrasi, metode pembiasaan, metode tanya jawab dan diskusi, dan metode targhib dan tarhib

Perlu diperhatikan, bahwa dengan tulisan ini bukan berarti pengkajian tentang metode dalam pendidikan islam telah selesai. Sejalan tuntutan dinamika masyarakat modern ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perlu adanya kajian lanjutan secara lebih menarik, lebih dimengerti, dan termotivasi melaksanakan penelitian.

17

DAFTAR PUSTAKA




Abdul Majid dan Ahmad Zayadi, Tadzkirah : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Ahmad Munjin, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Refika Aditama)

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya)

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, tt)

Dimyati, Aziz & Achmad, Pathoni, MKPA, (Tulungagung : t.p, 1993) 

H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis P.A.I.K.E.M, (Semarang : RaSAIL Group, 2009)

Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik Profetik, (Yohyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)

Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004)

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet.I,

Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses

Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta. 2010)

Umar Tirtarahardja-La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994)

 Wahbah al-Zuhailiy, Tafsir Munir, (Libanon: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1994), juz -XXX,



18
 








[1] H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru, h. 144
[2]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 652.
[3]Ahmad Munjin, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Refika Aditama) h. 29
[4]H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (2005), h. 144
[5]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya) cet. 3 h. 9
[6]Ahmad Munjin, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 29
[7]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologe Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 87.
[8]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. VIII, hlm. 9.
[9]Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004) hal. 208-210
[10]Departemen Pendidikan Nasional Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta 2008 h. 3
[11]Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta. 2010), hal 176
[12]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, tt.), hlm. 1271.
[13]Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm 77.
[14]Wahbah al-Zuhailiy, Tafsir Munir, (Libanon: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1994), juz -XXX, hlm. 317.
[15]Departemen Agama RI., op. cit.  hlm. 536.
[16]Umar Tirtarahardja-La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 83.
[17]Umar Tirtarahardja-La Sula, Pengantar Pendidikan, (2002), hlm. 83.

[18]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet.I, hlm. 132.
[19]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (1999)hlm. 95-96.
[20]H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (2005), h. 144
[21]Khoiron, Rosyadi, Pendidikan Profetik Profetik, (Yohyakarta : Pustaka Pelajar, 2004) hal. 210
[22]Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
[23]Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis P.A.I.K.E.M, (Semarang : RaSAILGroup, 2009) hal. 26-29
[24]Dimyati, Aziz & Achmad, Pathoni, MKPA, (Tulungagung : t.p, 1993) hal. 16-17
[25]Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41
[26]Abdul Majid dan Ahmad Zayadi, Tadzkirah : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Hlm. 137

Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment