“Malam ini bisikkanlah : ‘Ya Allah aku memohon ampunan kepadamu atas dosa dan masalaluku yang senantiasa menghantui perasaanku, menyadap energi dan fikiranku. Ya Allah aku ingin bahagia, aku ingin mendapatkan cinta dan kasih sayang-Mu. Ya Allah selamatkan aku’. Selamat menunaikan ibadah solat isya Rahma”
Rian.
Adzan
isya berkumandang. Mengalun indah memanggil hamba-hamba Allah untuk segera
menghadap. Aku beranjak berniat mengambil air wudhu. Namun pesan BBM yang baru
saja aku terima dari Rian menari indah di kepala. Membuat aku tak berhenti
senyum-senyum sendiri. Subhanallah ternyata rasa bahagia memiliki kekasih itu,
tak harus melulu bertemu dan jalan-jalan. Cukup dengan sapaan dan mengingatkan
kepada kebaikan, sebetulnya itulah bentuk kasih sayang yang sesungguhnya.
Sungguh,
Rian itu bukan hanya tampan, ia juga selalu berhasil mengajakku kepada kebaikan
tanpa harus memaksaku. Mengingatkanku akan pengampunan Dia yang Maha Kuasa. Ia
mengajarkanku bagaimana berhusnudzon kepada Allah. Mempercayai bahwa Dzat-Nya Maha
memberi petunjuk dan memberi kemudahan dalam setiap kesulitan. Karena
kehadiarannya dalam kehidupanku, kini aku benar-benar menjalankan perintah
bukan lagi karena dirinya yang menyuruhku berbuat demikian. Tapi aku sadar,
jika melakukan segala perintah Allah adalah sebuah keharusan yang tak bisa
ditawar-tawar.
**
Sore
itu hari sabtu, aku bersama pacarku Pandu berniat pergi menikmati malam minggu.
Namun Pandu yang selalu ingin melihat aku tampil sempurna terlebih dahulu mengantar
aku ke sebuah salon, demi penampilanku malam nanti. Pandu berniat
memperkenalkanku kepada teman-temannya. Oleh karena itu aku harus tampil
semenawan mungkin. Begitu menurunya.
Pandu
menyambutku dengan hangat, setelah aku selesai mendapatkan semua perawatan
salon. bahkan pria yang dulu bilang sayang kepadaku tak berhenti memuji-muji
kecantikannku. Sebagai perempuan, jelas aku merasa tersanjung. Pandu
mengandengku menuju mobilnya, namun seketika aku terkejut saat aku mendapati dua
orang teman Pandu yang telah berada di mobilnya. Sepertinya mereka sepasang
kekasih. Yang perempuan tampak sangat agresif, mereka asik bercanda entah
sedang membicarakan hal apa. Jujur aku tak suka dengan pemandangan itu. Namun
aku berusaha tetap sopan dan menghormati mereka.
**
Mobil
berhenti di depan sebuah Pub. Aku semakin tak nyaman. Pandu tersenyum kepadaku
dan bergumam, “Kamu harus cobain masuk ke sana”, ucapnya disusul dengan gelak
tawa kawannya.
“Aku
pulang aja ya” ucapku gusar. Semua tertawa melihat kepanikannku.
Malam
semakin tak ramah, hatiku dihantui ketakutan yang luar biasa. Akhirnya aku
masuk mengikuti kemauan pacarku itu. Lalu ia memesan minuman, dan aku tahu
jelas apa yang ia pesan. Aku menolak mentah-mentah ketika ia memintaku untuk
meminumnya. Merasa terus-menerus mendapatkan penolakan akhirnya Pandu kesal,
dan menjauhiku. Tak lama kemudian seorang perempuan berbaju merah maroon tampak
sangat seksi, mendekatinya dan Pandu pun berlalu tanpa basa-basi.
Hatiku
tersayat,bahkan hancur berkeping-keping. Kali itu bukan hanya sikap Pandu yang
membuat aku kecewa, tapi terlebih aku merasa kecewa dengan kebodohannku.
Mengapa aku terus mengikuti kemauan laki-laki itu.
Malam
makin meninggi. Mobil angkutan kota yang aku tumpangi tidak terlalu penuh,
hanya ada 3 orang penumpang saat itu. Aku duduk di pojok paling belakang,
pandangan aku layangkan ke luar kaca jendela, memandang apapun yang ada di
pinggir jalan meratapi keadaan diri saat itu. Dan ketika aku melihat mesjid aku
memutuskan untuk berhenti dan memasukinya. Rasanya aku ingin menangis
sejadinya, ingin mengadu sebanyak-banyaknya kepada Allah, Tuhan yang telah lama
aku tinggalkan perintah-Nya.
Setelah
berwudhu, aku menggunakan mukena yang disediakan mesjid. Lalu aku melaksanakan
solat isya yang sudah sangat terlambat. Setelah solat aku memohon ampunan
sebanyak-banyaknya. Aku memohon perlindungan dan kekuatan agar aku tak lagi
melakukan kesalahan yang sama.
Walau
malam kian larut, namun mesjid itu tetap didatangi jemaah yang berniat itikaf,
salahsatunya adalah Rian. Laki-laki yang aku kenal sebagai kakak kelas di
kampusku. Aku terkejut dengan keberadaan dia malam hari di mesjid itu, sama
terkejutnya dengan Rian yang mengetahui aku ada di sana selarut itu. Dengan didampingi
Pak Ustad Hamdan, Rian menyimak semua cerita yang aku alami sore tadi. Dan
disaksikan oleh mereka berdua, aku berniat memperbaiki diri. Dan yang paling
penting aku trauma tak mau lagi berpacaran. Mereka mengangguk setuju. Rian
meminta nomor yang bisa dihubungi agar bisa dengan mudah memberi informasi
kegiatan pengajian yang sering diadakan di mesjid itu.
Dua
minggu kemudian aku mendapatkan BBM, informasi kegiatan pengajian. Di tempat
pengajian itu aku bertemu dengan remaja-remaja lainnya yang juga menimba ilmu
di sana. Rian ada di sana berperan sebagai moderator.
QS. Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi,
katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang
Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
QS.
Al-Ahzab ayat 59 adalah salahsatu ayat yang dijadikan inti materi pengajian
tersebut. Pemaparan yang sederhana, mudah difahami namun sarat dengan makna membuat
pengajian hari itu sangat menyenagkan. Dan yang paling membuat aku benar-benar
senang adalah ketika aku memberanikan diri curhat tentang keinginanku
menggunakan hijab kepada Rian dia mendukungku sepenuhnya. Bahkan ia memberiku
beberpa refernsi tempat penjualan pakaian muslim syar’i dengan harga yang
terjangkau di kota Bandung. Terimakasih Rian.
Kejadian
itu berlangsung satu tahun yang lalu, kini aku telah menggunakan hijab atas
pengetahuanku bahwa menutup aurat adalah perintah dari-Nya. Dan bukan hanya
itu, kini aku telah memiliki hati Rian, ia adalah calon imamku,, dalam waktu
dekat ini kami akan menikah, menghalalkan hubungan kami dalam pandangan agama Islam.
Bismillah.
Aku
mengambil air wudhu setelah terlebih dahulu membalas pesan BBM dari Rian.
“Terimakasih Rian, semoga Allah mengampuni dosaku,
dan dosa kita semua. Selamat menunaikan ibadah solat isya juga. Jangan lupa
sebut namaku dalam do’a - do’amu, di sini akupun akan mendo’akanmu dan mendo’akan
semua kebaikan untuk kita ”.
Selesai
Catatan :
Cerita ini dimuat di buku antologi cerpen berjudul "Karena Allah" yang diterbitkan oleh Pena Indis.
bagus kak artikelnya
ReplyDelete:-)
Delete