Search This Blog

Tuesday, April 18, 2017

Karenamu Aku Lebih Mengenal-Nya


“Malam ini bisikkanlah : ‘Ya Allah aku memohon ampunan kepadamu atas dosa dan masalaluku yang senantiasa menghantui perasaanku, menyadap energi dan fikiranku. Ya Allah aku ingin bahagia, aku ingin mendapatkan cinta dan kasih sayang-Mu. Ya Allah selamatkan aku’. Selamat menunaikan ibadah solat isya Rahma”
Rian. 

Adzan isya berkumandang. Mengalun indah memanggil hamba-hamba Allah untuk segera menghadap. Aku beranjak berniat mengambil air wudhu. Namun pesan BBM yang baru saja aku terima dari Rian menari indah di kepala. Membuat aku tak berhenti senyum-senyum sendiri. Subhanallah ternyata rasa bahagia memiliki kekasih itu, tak harus melulu bertemu dan jalan-jalan. Cukup dengan sapaan dan mengingatkan kepada kebaikan, sebetulnya itulah bentuk kasih sayang yang sesungguhnya.
Sungguh, Rian itu bukan hanya tampan, ia juga selalu berhasil mengajakku kepada kebaikan tanpa harus memaksaku. Mengingatkanku akan pengampunan Dia yang Maha Kuasa. Ia mengajarkanku bagaimana berhusnudzon kepada Allah. Mempercayai bahwa Dzat-Nya Maha memberi petunjuk dan memberi kemudahan dalam setiap kesulitan. Karena kehadiarannya dalam kehidupanku, kini aku benar-benar menjalankan perintah bukan lagi karena dirinya yang menyuruhku berbuat demikian. Tapi aku sadar, jika melakukan segala perintah Allah adalah sebuah keharusan yang tak bisa ditawar-tawar.
**
Sore itu hari sabtu, aku bersama pacarku Pandu berniat pergi menikmati malam minggu. Namun Pandu yang selalu ingin melihat aku tampil sempurna terlebih dahulu mengantar aku ke sebuah salon, demi penampilanku malam nanti. Pandu berniat memperkenalkanku kepada teman-temannya. Oleh karena itu aku harus tampil semenawan mungkin. Begitu menurunya.  
Pandu menyambutku dengan hangat, setelah aku selesai mendapatkan semua perawatan salon. bahkan pria yang dulu bilang sayang kepadaku tak berhenti memuji-muji kecantikannku. Sebagai perempuan, jelas aku merasa tersanjung. Pandu mengandengku menuju mobilnya, namun seketika aku terkejut saat aku mendapati dua orang teman Pandu yang telah berada di mobilnya. Sepertinya mereka sepasang kekasih. Yang perempuan tampak sangat agresif, mereka asik bercanda entah sedang membicarakan hal apa. Jujur aku tak suka dengan pemandangan itu. Namun aku berusaha tetap sopan dan menghormati mereka.
**
Mobil berhenti di depan sebuah Pub. Aku semakin tak nyaman. Pandu tersenyum kepadaku dan bergumam, “Kamu harus cobain masuk ke sana”, ucapnya disusul dengan gelak tawa kawannya.
“Aku pulang aja ya” ucapku gusar. Semua tertawa melihat kepanikannku.
Malam semakin tak ramah, hatiku dihantui ketakutan yang luar biasa. Akhirnya aku masuk mengikuti kemauan pacarku itu. Lalu ia memesan minuman, dan aku tahu jelas apa yang ia pesan. Aku menolak mentah-mentah ketika ia memintaku untuk meminumnya. Merasa terus-menerus mendapatkan penolakan akhirnya Pandu kesal, dan menjauhiku. Tak lama kemudian seorang perempuan berbaju merah maroon tampak sangat seksi, mendekatinya dan Pandu pun berlalu tanpa basa-basi.
Hatiku tersayat,bahkan hancur berkeping-keping. Kali itu bukan hanya sikap Pandu yang membuat aku kecewa, tapi terlebih aku merasa kecewa dengan kebodohannku. Mengapa aku terus mengikuti kemauan laki-laki itu.
Malam makin meninggi. Mobil angkutan kota yang aku tumpangi tidak terlalu penuh, hanya ada 3 orang penumpang saat itu. Aku duduk di pojok paling belakang, pandangan aku layangkan ke luar kaca jendela, memandang apapun yang ada di pinggir jalan meratapi keadaan diri saat itu. Dan ketika aku melihat mesjid aku memutuskan untuk berhenti dan memasukinya. Rasanya aku ingin menangis sejadinya, ingin mengadu sebanyak-banyaknya kepada Allah, Tuhan yang telah lama aku tinggalkan perintah-Nya.
Setelah berwudhu, aku menggunakan mukena yang disediakan mesjid. Lalu aku melaksanakan solat isya yang sudah sangat terlambat. Setelah solat aku memohon ampunan sebanyak-banyaknya. Aku memohon perlindungan dan kekuatan agar aku tak lagi melakukan kesalahan yang sama.
Walau malam kian larut, namun mesjid itu tetap didatangi jemaah yang berniat itikaf, salahsatunya adalah Rian. Laki-laki yang aku kenal sebagai kakak kelas di kampusku. Aku terkejut dengan keberadaan dia malam hari di mesjid itu, sama terkejutnya dengan Rian yang mengetahui aku ada di sana selarut itu. Dengan didampingi Pak Ustad Hamdan, Rian menyimak semua cerita yang aku alami sore tadi. Dan disaksikan oleh mereka berdua, aku berniat memperbaiki diri. Dan yang paling penting aku trauma tak mau lagi berpacaran. Mereka mengangguk setuju. Rian meminta nomor yang bisa dihubungi agar bisa dengan mudah memberi informasi kegiatan pengajian yang sering diadakan di mesjid itu.
Dua minggu kemudian aku mendapatkan BBM, informasi kegiatan pengajian. Di tempat pengajian itu aku bertemu dengan remaja-remaja lainnya yang juga menimba ilmu di sana. Rian ada di sana berperan sebagai moderator.
QS. Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
QS. Al-Ahzab ayat 59 adalah salahsatu ayat yang dijadikan inti materi pengajian tersebut. Pemaparan yang sederhana, mudah difahami namun sarat dengan makna membuat pengajian hari itu sangat menyenagkan. Dan yang paling membuat aku benar-benar senang adalah ketika aku memberanikan diri curhat tentang keinginanku menggunakan hijab kepada Rian dia mendukungku sepenuhnya. Bahkan ia memberiku beberpa refernsi tempat penjualan pakaian muslim syar’i dengan harga yang terjangkau di kota Bandung. Terimakasih Rian.
Kejadian itu berlangsung satu tahun yang lalu, kini aku telah menggunakan hijab atas pengetahuanku bahwa menutup aurat adalah perintah dari-Nya. Dan bukan hanya itu, kini aku telah memiliki hati Rian, ia adalah calon imamku,, dalam waktu dekat ini kami akan menikah, menghalalkan hubungan kami dalam pandangan agama Islam. Bismillah.
Aku mengambil air wudhu setelah terlebih dahulu membalas pesan BBM dari Rian.
“Terimakasih Rian, semoga Allah mengampuni dosaku, dan dosa kita semua. Selamat menunaikan ibadah solat isya juga. Jangan lupa sebut namaku dalam do’a - do’amu, di sini akupun akan mendo’akanmu dan mendo’akan semua kebaikan untuk kita ”. 
Selesai



Catatan :
Cerita ini dimuat di buku antologi cerpen berjudul  "Karena Allah" yang diterbitkan oleh Pena Indis.
Share/Bookmark

2 comments: