Search This Blog

Tuesday, June 23, 2015

Ramadhan I'm in Love (1)

Sungguh sehari saja tidak bertemu dengan nya rasanya galau luar biasa. Senyum manis nya yang menurutku terlalu manis membuat aku sering sulit tidur setiap malam. Bayangan nya selalu menari-nari dibenak ku.
Tubuhnya yang sebenarya tidak terlalu tinggi, tidak terlalu atletis, kulitnya pun tidak terlalu putiih, wajahnya? tampan sih... Kalau menurutku hidung nya, matanya, memiliki daya tarik tersendiri. Tapi sungguh bukan itu, sungguh bukan ketampanan nya yang membuat aku sering kurang tidur jika menahan rindu kepadanya. Tapi perlakuannya kepadaku, caranya memanggilku, caranya tersenyum, caranya memandangku, caranya menenangkan hatiku saat sesuatu menggores perasaanku, caranya mengertikan semua sikap kekanak-kanakanku, kebodohan dan kekonyolanku, ia benar-benar menerimaku. Menerima segala kurang lebih ku. dan itu semua yang membuatku benar-benar nyaman, dan merasa aman berada bersamanya.
Pengalamannya dalam kerasnya hidup sudah memberi bukti kepadaku bahwa betapa ia dewasa, ia selalu siap menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi, apapun itu. Dan satu lagi yang selalu membuatku salut dan kagum, ia selalu menghadapi segala sesuatu dengan tenang, gagah, siap, dan ... ya, menurutku ia adalah laki-laki yang paling laki-laki. Aku menyukai nya, memimpikannya, mendambakannya, aku benar-benar mengarapkan jika ia kelak benar-benar menjadi pemimpinku, pemimpin rumahtanggaku, keluarga kecil kami.
Hm... Takan pernah habis khayalanku dan mimpiku jika sudah dikaitkan dengannya, ya, dia yang sekarang menjadi kekasih hatiku. Sunguh ia telah mencuri sebagian hatiku, sebagian besar fikiranku, bahkan banyak bagian dari cita-citaku yang ada hubungnnya dengan dia.
Sebenarnya kami kenal sudah lama, sudah sejak tiga atau empat tahun yang lalu. tapi untuk masalah hadirnya perasaan, aku akui, aku baru merasakan jatuh beberapa bulan saja. Tapi rasa yang jatuh itu begitu dalam dan tenggelam. Beberapa bulan kami merajut mimpi, aku merasa bahwa tidak akan ada lagi sosok manusia berjenis kelamin laki-laki yang seperti dia, sesempurna dia di mataku.
Oiya, aku lupa belum memperkenalkan nya. Namanya Riksan Firdaus. Ia lahir bulan april tanggal 6. Untuk tahunnya ia 5 tahun di atas ku. Jarak usia yang cukup jauh membuatku merasa semakin nyaman, merasa memiliki pelindung, dan merasa boleh bermanja-manja kepadanya.
Kak Riksan adalah alumni dari salah satu universitas swasta di Bandung, tapi itu tak penting bagiku, yang akan aku beri tahu adalah betapa mahirnya ia bersosialisasi, masuk lingkungan apapun ia bisa. Seolah-olah ada kabel sambungan khusus di kepalanya yang memperlancar koneksi nya dengan orang macam apapun yang ia temui. Itulah yang membuat aku semakin memimpikannya menjadi suamiku. Aku yakin, hidup bersama orang seperti dia akan lebih ringan, lebih mudah, dan yang pasti akan lebih indah.
Kami baru saling mengakui bahwa kami punya rasa yang sama di bulan perbuari, yang orang bilang bulan itu bulan cinta, dan ternyata benar-benar menjadi awal menyatunya cinta kami.
Setiap hari kami selalu berkomunikasi, lewat jaringan sosial, tak jarang kamipun mengatur pertemuan di sela-sela kesibukan kan Riksan bekerja. Setiap pertemuan selalu berkesan, walau pertemuan kami singkat tapi Kak Riksan selalu pandai memberi kejutan, tempat baru, cara baru, atau tindakan-tindakan dan perlakuannya yang kadang menggelikan, mengejutkan dan kadang-kadang konyol. Tak pernah ada pertemuan yang tak mengundang gelak tawa. Ia tak seperti mantan-mantanku yang sering membuat aku menangis. Kebahagiaan selalu menyelimuti hatiku di tiap pertemuan ku dengannya. Tuhan... sungguh dia begitu istimewa bagiku.
Hm... 4 bulan berlalu, kami lewati dengan canda tawa, dan sekarang tibalah bulan suci Romadhon, dengan terpaksa aku harus menyepakati bahwa kami tak boleh sering bertemu. Rasanya terlalu berat bagiku untuk melakukan ini. Jika tidak bertemu, maka siapa yang akan melontarka ledekan sambil mencubit pipiku, dan siapa yang akan menyeka air mataku ketika aku sedang nangis dan cengeng? Siapa yang bisa aku cubit hidung nya ketika ingin bercanda dan menjaili orang? Cuma Kak Riksan yang bisa membuatku merasa punya hidup sempurna.
Aku yang baru duduk di bangku kuliah semester lima memang masih sering galau. Aku belum sedewasa Kak Riksan. Makanya saat bulan puasa tiba, ada perasaan campur aduk. Antara senang, bertemu dengan bulan yang penuh berkah dan merasa sedih karena kehilangan kebersamaan dengan Kak Riksan.

Hari terakhir kami bertemu adalah satu hari sebelum tanggal satu Romadhon. Kami pergi makan siang bersama dan Kak Riksan mengantarku pulang. Sebelum pulang ia menggumam pesan untuk ku.
"Dik... selama puasa kita gak boleh sering-sering ketemu ya... Biar Kakak khusu puasanya, dan kamu yang banyak dosa bisa memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. Kita berlomba nyari pahala ya...".
Dezig, ia bilang aku banyak dosa. Bibirku manyun, Kak Riksan malah tertawa ngakak. Aku kira ia bercanda waktu itu, karena kapanpun aku minta bertemu ia selalu mengusahakan agar bisa menemuiku, walau hanya sepuluh menit sekalipun. Dan sekarang di hari keenam puasa, kami benar-benar belum bertemu lagi. Hanya pesan-pesan singkat dan BBM nya yang bisa aku dapat, itupun hanya sekedarnya, membangunkan sahur mengingatkan ku shalat, dan mengucapkan selamat berbuka puasa, atau sekedar bilang ia akan berangkat kerja.
Kak Rikasan... Aku kangen.. tapi benar kata mu, aku ini banyak dosa, banyak yang harus aku perbaiki, dan saat jauh dari mu akau benar-benar bisa lebih khusyuk beribadah, dan lebih dekat dengan Allah. Aku jadi banyak mengaji, rajin solat, dan berdo'a. Tapi kamu tahu tidak apa yang sering aku panjatkan dalam do'aku? Aduh.. sebenarnya aku malu mengatakannya... Sebenarnya do'a yang aku perbanyak adalah, lagi-lagi tentang kamu. Aku ingin selesai lebaran nanti hubungan kita lebih serius, aku ingin kamu melamarku. Karena aku tak mau kehilangan calon imam sebaik kamu : Riksan Firdaus.

*Bersambung...

Share/Bookmark

No comments:

Post a Comment