Gajah dan Banteng yang Serakah
Oleh Fariha Syifa Ramadhani
Di
hutan yang sangat lebat dengan pepohonan, hiduplah banyak binatang di dalamnya
diantaranya Gajah, Banteng, Kambing, harimau, ular, singa, dan lain-lain.
Mereka semua hidup dengan damai walaupun terkadang datang masalah, tetapi
mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan baik.
Di
hutan itu, mereka memiliki tempat tinggal masing-masing. Gajah tinggal di
sebuah rumah yang sangat sederhana. Atap dan dinding-dindingnya terbuat dari
batang-batang pohon yang kokoh. Gajah terkenal hewan yang sangat menyukai
bekerja. Berbeda dengan Banteng, ia sangat pemalas dan suka mengambil barang
milik orang lain. Oleh karena itu, hewan-hewan yang tinggal di hutan banyak
yang tidak menyukai sifat Banteng.
Binatang-binatang di hutan merasa takut jika barangnya diambil oleh Banteng.
Pada
pagi yang sangat cerah, Gajah berjalan-jalan di hutan berniat mencari makanan untuk
persediaan satu minggu kedepan. Saat Gajah keluar dari rumahnya ia dikejutkan
dengan keadaan hutan sangat berantakan akibat hujan lebat tadi malam. Akhirnya,
sebelum mencari makanan persediaan, Gajah mendatangi rumah teman-temannya yang
ada di hutan untuk mengajak bergotong-royong membereskan dan memperbaiki
kerusakan hutan. Satu persatu rumah ia datangi dan mereka semua pun setuju.
Setelah semua hewan berkumpul, mereka pun segera melakukan gotong-royong.
Berkat kerja sama yang baik tak lama kemudian, keadaan hutan sudah kembali
seperti semula . Lalu semua hewan pulang ke rumahnya masing-masing.
Sore
harinya, Gajah baru bisa mencari makanan sambil menikmati suasana hutan yang
sejuk. Ketika sedang berjalan, ia banyak bertemu binatang yang lain. Ada yang
sedang mencari makanan juga, ada yang sedang bercengkrama dengan anaknya, ada
yang sedang bersantai, ada juga yang hanya sekedar berjalan-jalan saja
menikmati hutan di sore hari.
Setelah
lama berjalan, Gajah pun akhirnya menemukan pohon yang sama tinggi dengan tubuhnya.
Daunnya rindang dengan pucuk-pucuk yang segar menggiurkan. Gajah pun mengambil banyak daun yang ada di pohon
itu untuk persediaan seminggu kedepan. Tak terasa matahari pun akan segera
terbenam ketika Gajah sudah cukup banyak mandapatkan banyak makanan. Gajah pun segera pulang ke rumahnya.
Di
perjalanan pulang, secara tidak sengaja ia melihat sebuah gua yang atapnya tinggi.
Gua itu tampak bagus dan kokoh. Gajah pun menyempatkan mampir dan masuk ke dalam
gua itu. Dari balik mulut gua Gajah berteriak memanggil penghuni gua. Tapi
tidak ada satupun jawaban dari dalam gua itu. Akhirnya Gajah pun masuk untuk
melihat keadaan di dalam Gua itu hangat dan nyaman.Selesai melihat-lihat seisi
gua, gajahpun memutuskan untuk pulang.
Saat
Gajah keluar dari gua, ternyata cahaya matahari sudah tidak terlihat lagi. Ia
pun cepat-cepat menuju rumah karena takut hal-hal yang terjadi pada malam hari.
Setelah sampai di rumahnya, ia segera menyimpan daun-daun tadi lalu
beristirahat. Ia terus memikirkan gua yang tadi. “Difikir-fikir gua yang tadi
bagus juga untuk dijadikan rumah, di dalamnya hangat dan nyaman.” Ucap gajah
dalam hatinya.
Keesokan
harinya, Gajah kembali ke gua yang kemarin ia datangi. Sesampainya di sana Gajah
pun memastikan jika gua itu benar-benar tidak ada penghuninya. Tak terasa, hari
pun sudah siang dan ia sangat mengantuk sekali. Akhirnya, ia mencoba untuk
tidur di gua itu. Di gua itu, Gajah tidur dengan sangat nyenyak, karena atapnya
yang sangat tertutup dan juga sangat hangat. Berbeda dengan tempat tinggalnya,
tempat tinggal Gajah terbuat dari batang pohon tetapi banyak celah-celah
sehingga sinar matahari bisa masuk ke dalamnya dan ia pun bisa menjadi kepanasan.
Tak
lama kemudian, akhirnya Gajah pun terbangun saat hari mulai sore. Ia merasakan
tidur siang yang sangat nyenyak. Ia pun langsung pergi keluar dan dalam hatinya
sudah diputuskan jika ia akan menjadika gua tersebut sebagai tempat tinggal
barunya. Saat hendak keluar dari gua, ia melihat Banteng yang sedang makan di
bawah pohon yang ada di depan gua. Gajah pun bersembunyi dulu dari Banteng,
karena takut Banteng tau bahwa ia ada di sana, dan akhirnya gua nya malah
diambil oleh Banteng. Karena Banteng sering mengambil barang milik orang lain.
Setelah
beberapa lama, Gajah pun melihat lagi keluar dan ternyata Banteng sudah tidak
ada. Gajah pun keluar dan bergegas pergi ke rumahnya. Sesampai di depan
rumahnya, terlihat rumah Gajah yang batangnya sudah mulai rapuh karena jarang
diganti lagi. Gajah pun masuk ke dalam rumah untuk membereskan makanan dan
mengemasi barang yang akan ia bawa ke tempat tinggal barunya.
Setelah
membereskan rumahnya sampai larut malam, Gajah berniat untuk berpamitan kepada
binatang-binatang lain yang tinggal di sekitar rumahnya, tapi hari sudah malam,
ia putuskan untuk pamitan besok pagi. Ia pun memutuskan untuk tidur menunggu
pagi tiba.
Pagi
hari Gajah berpamitan kepada teman-temannya yang tinggal di sekitar rumahnya.
Pertama-tama, ia berpamitan kepada temannya yang paling dekat yaitu kepada
Serigala.
“Perimisi…”
Ucap Gajah dari luar.
“Yaa….
Sebentar” terdengar suara serigala dari dalam rumahnya. Serigala pun membuka
pintu.
“Ternyata
ada tuan Gajah… Ada apa ?”
“Aku
akan berpamitan kepadamu, serigala… Aku akan pindah rumah tidak jauh dari
sini…” Ucap Gajah.
“Apa?
Pindah rumah ? ” Serigala langsung kaget. “Mengapa ? Setahuku kau bukannnya
nyaman-nyaman saja di sini?”
“Iya,
tempat tinggalku disini sudah terlalu lama, sehingga kayu-kayunya sudah mulai
lapuk. Tenang saja, kau masih bisa main ke rumahku, karena aku pindah rumah
tidak jauh dari sini.”
“Oh,
baiklah kalau begitu, baik-baik di rumah barumu ya… Ngomong-ngomong apa ada
yang bisa aku bantu?”
“Tidak
usah serigala, aku hanya membawa barang-sedikit. Baiklah kalau begitu, aku
pulang dulu ya, jangan lupa main ke rumahku yang baru ya”
“Siap”
Ujar serigala dengan senang hati mendapatkan undangan dari Gajah untuk
berkunjung ke rumah barunya.
“Aku
tunggu” Ucap Gajah sambilberlalu dan melambaikan belalainya kepada srigala
sebagai tanda perpisahan kepada kawannya.
Rumah
demi rumah ia datangi, dan akhirnya selesai juga ia pamitan. Siang harinya, ia
langsung membawa barang barangnya ke tempat tinggal barunya yaitu di gua itu.
Walaupun siang itu sinar matahari sangat terik, tetapi Gajah tetap semangat
membawa barang itu ke tempat tinggal barunya. Sesampainya di rumah barunya, Gajah
langsung menata barang-barangnya. Di gua itu rasanya sejuk sekali.
Sore
harinya, gua itu pun sudah tertata dengan rapih. Beruntung sekali Gajah pada
saat ia pindah rumah, tidak ada Banteng, jadi ia tidak perlu merasa takut
diambil tempat tinggalnya. Gajah pun akhirnya keluar sebentar ke depan tempat
tinggal barunya itu. Saat sedang di luar rumahnya, Gajah melihat Kambing sedang
berjalan-jalan. Gajah pun langsung memanggil Kambing.
“Kambing…
” Ucap Gajah setengah berteriak. Kambing pun langsung menoleh ke arah Gajah
yang berada di depan gua.
“Hai
Gajah, sedang apa kau di depan gua ini ?” Kata Kambing.
“Oh
iya, aku lupa memberi tahumu waktu itu, karena rumahmu terlalu jauh dari
rumahku yang dulu, sekarang aku pindah rumah, rumahku menjadi di gua ini, ayo
masuk ke rumahku” ajak Gajah.
“Oh…
begitu. Ayo” Kambing pun masuk ke rumah Gajah. “Wah, nyaman sekali rumahmu”
Ucap Kambing.
“Terima
kasih” Kata Gajah.
“Sama-sama,
kalau begitu aku pulang dulu ya matahari sudah hampir tidak kelihatan lagi.
Keluargaku menunggu di rumah” Kambing berpamitan.
“Baiklah
kalau begitu hati-hati ya…” Kambing pun pergi.
Saat
di perjalanan pulang, Kambing bertemu dengan Banteng.
“Hai
Banteng, apakah kamu sudah tahu bahwa Gajah pindah rumah ? ” kata Kambing.
“Pindah
rumah ? Aku belum mengetahuinya. Pindah rumah ke mana ?”
“Gajah
pindah ke sebuah gua yang letaknya tidak jauh dari sini”
“Oh,
baiklah kalau begitu besok aku akan mengunjunginya”. Dalam hati Banteng mulai
timbul niat buruk. “Bisa aku ambil juga rumah dia, hmm…” gumam Banteng dengan
sinis.
Keesokan
harinya, saat masih pagi sekali Banteng mengunjungi rumah Gajah yang baru. Banteng
pun mengetuk pintu rumah Gajah. Gajah pun membukanya.
“Hai
Banteng… ada apa?” sahut Gajah dengan senang ada yang mengunjungi rumanya.
“Sedang
apa kamu di sini Gajah? Rumah ini milikku bukan milikmu! Cepatlah keluar dari
rumah ini atau aku akan memberi tahu semua hewan di hutan ini bahwa kau
pencuri” kata Banteng dengan nada membentak.
“Maaf
Banteng, tetapi pada saat aku datang ke sini, gua ini tidak ada yang menempati”
kata Gajah lembut.
Saat
mereka sedang berbicara, Kambing melewat ke depan rumah Gajah.
“Hai
Gajah, hai Banteng, ada apa pagi-pagi sudah ribut?” Ucap Kambing sambil
berjalan mendekat.
“Dia
mencuri rumahku!” Ucap Banteng dengan ketus.
“Tetapi
pada saat aku datang ke sini gua ini tidak ada yang menempati, tak ada satu
brangpun di dalamnya yang menandakan jika di dalam sini ada penghuninya.” Ucap Gajahdengan
nada sedih.
“Betul
Banteng, memang pada saat aku melintas di sini sebelum-sebelumnya, gua ini
tidak ada yang menempati, kau tidak boleh mengambil barang milik orang lain, Banteng!”
Ucap Kambing mencoba menasihati Banteng. “Kau pasti berbohong kan bahwa gua ini
sebelumnya adalah milikmu? Kambing penasaran karena Banteng memang suka
mengambil barang orang lain. “Berbohong itu dosa loh, kau tidak boleh
melakukannya” Ujar Kambing kemudian. “Ayo, minta maaflah kepada Gajah karena
kau akan mengambil rumah miliknya.” Kata Kambing.
“Emh….
Benar, sebenarnya gua ini adalah bukan milikku, hanya karena gua ini nyaman
jadi aku akan mengambilnya dari Gajah” Banteng akhirnya tersadar dan mengakui
kesalahnnya. “Maafkan aku Gajah, aku janji tidak akan mengambil barang milik
orang lain lagi.” Kata Banteng meminta maaf kepada Gajah.
“Aku
maafkan Banteng. Kau harus berjanji tidak akan mengambil barang orang lain lagi
atau aku akan memberitahu semua hewan bahwa kau adalah pencuri” Ucap Gajah
sedikit mengancam agar Banteng jera.
“Baiklah
aku berjanji tidak akan mengambil barang milik orang lain lagi.” Ucap Banteng.
Akhirnya,
Gajah dan Banteng pun saling memaafkan dan Banteng berjanji tidak akan
mengulangi kesalahannya lagi. Kambing juga ikut senang melihatnya. Jadi,
sekarang semua hewan di hutan tidak perlu takut lagi akan Banteng yang selalu
mengambil barang milik orang lain karena sekarang Banteng sudah berjanji tidak
akan melakukannya lagi.
**
Cerita ini dimuat dalam buku antologi fabel yang diterbitkan oleh Penerbit Rumah Kayu Publishing.
Fariha Syifa.
memiliki nama lengkap Fariha Syifa Ramadhani. Dapat ditemui di akun Facebook Fariha Syifa Ramadhani. Pertama kali
mengikuti event menulis yang diadakan oleh Rumahkayu Publishing pada saat masih duduk di bangku kelas 1 SMP, dan langsung terpilih menjadi salah satu kontributor terpilih dan karyanya dimuat dalam buku antologi fabel yang diterbitkan oleh Rumah Kayu Publising. Remaja yang kini duduk di bangku kelas 3 di SMP 8 Kota Bandung, tinggal di Jl.cinangka no.15 RT 05
RW 12 Ujung Berung. Kelurahan Jatiendah
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Dapat
dihubungi di alamat email farihasyifaramadhani@gmail.com
No comments:
Post a Comment